Mursala:
Kisah Pengacara Batak di Layar Lebar
Resensi

Mursala:
Kisah Pengacara Batak di Layar Lebar

Pertentangan antara adat istiadat versus modernitas.

HOT (HOLE)
Bacaan 2 Menit

Tak hanya itu, sang sutradara juga gagal untuk mengelaborasi peranan Anggiat sebagai pengacara yang menangani kasus di kampungnya, yang melibatkan Taruli dan nelayan lokal dibina oleh LSM bentukan Taruli. Padahal, kasus ini cukup menarik jika diangkat lebih detail, karena menyoroti kelestarian terumbu karang di sekitar Pulau Mursala.

Kekurangan lainnya, film Mursala tidak menggali lebih dalam seputar permasalahan benturan antara adat istiadat dan modernitas yang dialami Anggiat. Sebagai contoh, perdebatan antara Anggiat dengan tetua adat mengenai Parna hanya ditampilkan sekali saja. Sutradara terlihat tidak cukup intens dalam memberikan deskripsi konflik adat istiadat versus modernitas.

Selain itu, ada satu hal kecil yang cukup mengganggu dalam film ini. Ada satu adegan ketika Taruli menjelaskan sejarah air terjun Mursala kepada Clarissa, dialog yang tadinya cukup informatif dirusak oleh selipan sponsor. Clarissa secara eksplisit menyebutkan nama salah satu operator selular di Indonesia.

Terlepas dari banyaknya kekurangan di sana-sini, film Mursala tetap menjadi suguhan menarik untuk ditonton. Walau belum layak untuk disebut legal movie, semoga saja film ini bisa menjadi inisiator untuk sineas Indonesia lain yang ingin mengangkat profesi praktisi hukum ke layar lebar.

Selamat menonton!

Tags: