Notaris, Berlibur Tapi Harus Tetap Bertanggung Jawab Kepada Negara
After Office

Notaris, Berlibur Tapi Harus Tetap Bertanggung Jawab Kepada Negara

Aturan undang-undang, bila notaris cuti harus menyerahkan protokol notaris ke notaris pengganti.

Tri Yuanita Indriani
Bacaan 2 Menit
Notaris Irma Devita Purnamasari. Foto: SGP
Notaris Irma Devita Purnamasari. Foto: SGP

Orang awam mungkin melihat notaris sebagai profesi yang memiliki waktu fleksibel sehingga mudah bagi para notaris untuk mengatur jadwal libur mereka. Namun, faktanya, meski mudah mengatur waktu, notaris memiliki sebuah tanggung jawab yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

Ini diungkapkan oleh Notaris Irma Devita Purnamasari yang menegaskan bahwa meski berlibur, notaris masih tetap memegang tanggung jawab kepada negara.

“Kita mau libur misalkan tanggal segini, berarti ya kita atur-lah supaya tanggal segitu itu jangan ada janji, jangan ada signing (tanda tangan kontrak,-red), jangan ada meeting. Nah, cuma kan kita notaris itu liburnya ngga bisa lama-lama, kecuali cuti,” ujar Irma kepada hukumonline melalui sambungan telepon, Rabu (13/5).

Irma merujuk kepada Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, notaris yang menjalankan cuti wajib menyerahkan protokol notaris kepada notaris pengganti.

“Kalau cuti itu kita harus pakai notaris pengganti, kemudian bayar ke negara juga. kan bayar PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak,-red), terus ada sumpah segala macem,” papar Irma.

Oleh karena itu, Irma mengatakan cara cuti seorang notaris lebih “ribet” bila dibandingkan profesi hukum lainnya, misalnya advokat. “Walaupun kita yang punya sendiri kantornya, tapi kita izinnya sama negara, sama pemerintah, karena kita adalah pejabat pemerintah,” timpalnya.

Hal tersebut juga diamini oleh seorang Notaris asal Tangerang Selatan Myryany Usman. “Cuti kita kalau lebih dari 7 hari. Nggak boleh ninggalin kantor lebih dari 7 hari, kita cuti.  Ya, kadang-kadang sih kalau ngga ada janji, kita bablas,” sampainya.

Mike, sapaan akrabnya, mencontohkan misalnya pada 22 Mei mendatang, ia akan mengambil cuti selama dua minggu. Supaya  akta tetap dapat berjalan, Mike mengatakan bahwa dirinya sudah mengurus agar ada notaris pengganti.

“Karena kan di akta notaris tertulis ‘pada hari ini, hadir di hadapan saya (nama notaris,- red)’. Nah, misalnya ada dispute terus di aktanya ternyata ada ‘tulisan hari ini hadir di hadapan saya’, tapi sayanya ngga ada di situ, aduh gawat. Kena deh gue,” begitu tukasnya.

Mike mengatakan bila ada notaris pengganti maka yang tercatat namanya adalah di hadapan notaris pengganti yang diangkat dengan surat pengangkatan pada tanggal tertentu itu, jadi bila terjadi “apa-apa”, maka Mike bisa merasa aman.

“Jadi aman. Saya perginya aman, tenang, akta bisa berjalan, para pihak juga selamat,” tandasnya di sela-sela acara Pembekalan Dunia Kerja di Kampus Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI), Depok, Jawa Barat, Selasa (12/5).

Bila sudah ditunjuk notaris pengganti, maka Mike pun tenang berlibur. Ia mengaku hanya mengagendakan liburan setidaknya dua kali dalam setahun. Ia memanfaatkan waktu-waktu seperti libur akhir tahun atau pun libur setelah lebaran. “Abis lebaran pas belum ada mbak (pekerja rumah tangga,-red) biasanya. Jadi mbak pulang, kita pulang. Kan abis lebaran nih, udah besoknya kita jalan,” sebut Mike.

Untuk waktu-waktu libur seperti hari libur nasional dan hari-hari kejepit, Mike mengaku tidak mudah untuk menyusun jadwal liburan. Hal ini dikarenakan anaknya yang kini masih duduk di bangku Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.

Mike juga mengatakan untuk tujuan-tujuan wisata biasanya ia lebih mengikuti kemauan anaknya.

“Kalau saya sih sebenernya pribadi sukanya ke kota-kota tua. Tempat-tempat yang banyak cerita bersejarah gitu ya. Dan juga pasar. Jadi ke manapun saya pergi, ke luar negeri atau ke mana, saya selalu cari pasar. Tapi kan anak saya masih kecil. Jadi kesenangan saya belum tentu mereka senang juga, walaupun sudah saya perkenalkan setiap ke mana pun kita pergi ke museum dan ke pasar,” tutur Mike.

Mike sendiri mengatakan tempat wisata favoritnya sejauh ini adalah Vietnam dan Beijing. “Nggak tau deh, mungkin saya sih seneng yang berbau sosialis kali ya. Jadi merasa klik aja gitu di situ,” ceritanya.

Agak berbeda dengan Mike, Irma justru lebih suka dengan wisata alam. Bagi Irma, tempat favorit yang membuatnya ingin kembali lagi ke sana adalah Sumatera Barat. “Aku tuh suka banget kalau alam ke Sumatra Barat. Itu bagus banget. Waktu itu sempet aku tuh keliling Sumatera Barat, ke Solok, terus jalan di bukit barisan, bukit tinggi, alamnya bagus banget. kontur tanahnya juga bagus, udaranya bagus,” ujar Irma.

Walau tak menutup diri untuk berlibur ke luar Indonesia, berlibur ke daerah-daerah wisata di Indonesia juga merupakan salah satu cara Irma untuk mengenalkan Indonesia kepada anak-anaknya agar mereka tahu bahwa Indonesia tidak kalah indah dengan luar negeri.

“Traveling itu sebetulnya memberikan kita perasaan bangga bahwa Indonesia itu indah ya. kemudian juga memberikan rasa syukur. Kayak misalnya kemarin nih aku baru pulang dari Ambon. Di situ kita explore pantai-pantainya nyari spot snorkeling yang oke,” jelas Irma.

Selama ini, Irma selalu menjadwalkan setidaknya satu kali dalam setahun dapat berlibur bersama keluarga besarnya. Terakhir, sebutnya, Irma dan anggota keluarga dengan jumlah 19 orang berlibur bersama ke Korea. Atau setidaknya dalam jumlah yang lebih kecil, bila ada waktu-waktu libur yang agak lama dikit di akhir pekan, ia dan keluarga akan berwisata paling tidak ke Bandung.

“Karena ibu dan bapak saya hobinya traveling juga, jadi setiap kali udah mau tanggal merah pasti ada yang nanya ‘kita ke mana nih?’ Ya yang penting kan sebetulnya bukan ke mana nya, tapi menurut saya bersama siapa. Itu yang lebih. Kebersamaan itu sendiri,” pungkasnya.

Tags:

Berita Terkait