Pertumbuhan Anorganik Siasat Bank Menyambut MEA
Berita

Pertumbuhan Anorganik Siasat Bank Menyambut MEA

Jika hanya organik, gap antara perbankan nasional dengan perbankan negara lain akan semakin sulit tersaingi.

FAT
Bacaan 2 Menit
Pertumbuhan Anorganik Siasat Bank Menyambut MEA
Hukumonline
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) khusus untuk perbankan pada tahun 2020 mendatang, memiliki tantangan tersendiri bagi perbankan nasional. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai, salah satu cara untuk menyambut kedatangan MEA bagi perbankan pada 2020 tersebut adalah penerapan pertumbuhan anorganik bagi perbankan nasional

“Memang berdasarkan organik saja saya kira akan lama kita bisa kejar, oleh karena itu perlu dicari cara-cara yang anorganik,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad di Jakarta, Senin (12/5).

Menurutnya, cara anorganik seperti akuisisi maupun pembentukan perusahaan patungan (joint venture) sudah didorong pemerintah maupun regulator selama 10 tahun terakhir. Sedangkan OJK sendiri, lanjut Muliaman, juga tengah mendorong hubungan sesama bank lokal seperti kerjasama di bidang teknologi maupun perkembangan produk.

Salah satunya adalah yang pernah diterapkan Bank Indonesia (BI) beberapa waktu lalu, mengenai kriteria anchor bank atau bank-bank skala nasional naik kelas menjadi bank berskala internasional. Muliaman mengatakan, saat ini banyak  yang bisa menjadi anchor bank tanpa perlu ada persyaratan-persyaratan secara detil.

“Intinya kalau dia punya kapasitas ruangan yang besar di aspek modalnya dan dia bisa akuisisi bank saya kira nggak ada masalah. Dan dia kita anggap sebagai anchor bank,” kata Muliaman.

Muliaman tak menampik bahwa ide anchor bank yang pernah dilayangkan BI dahulu ini merupakan ide bagus. Meski begitu, ia belum bisa memutuskan apakah ide anchhor bank ini akan diterapkan kembali atau tidak. “Tentu saja ide ini akan terus kita diskusikan dengan pemerintah dan pihak terkait lainnya, bagaimana melihatnya agar kemudian masing-masing punya ruangan untuk berkembang sesuai dengan spesialis masing-masing,” katanya.

Terkait pertumbuhan anroganik, lanjut Muliaman, OJK tengah memberi perhatian khusus kepada bank-bank pemerintah. Alasannya karena, perbankan berplat merah tersebut dianggap sebagai “lokomotif” dalam mendorong perekonomian domestik. Ia berharap, cara pertumbuhan anorganik ini dapat mendorong efisiensi di kalangan perbankan nasional.

Meski begitu, lanjut Muliaman, peran membantu perekonomian dalam negeri tersebut tak lepas dari kerjasama dengan pemerintah maupun BI. Misalnya dengan kerjasama membangun kualitas sumber daya manusia hingga pembangunan jaringan informasi teknologinya. “Efisiensi perekonomiannya nanti kita bekerjasama dengan bank sentral untuk meyakininya,” katanya.

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Budi G Sadikin tak menampik jika potensi pertumbuhan anorganik merupakan salah satu hal yang dilirik oleh Bank Mandiri. Menurutnya, perbankan nasional memiliki waktu sekitar lima tahun lagi dalam menghadapi MEA khusus perbankan pada tahun 2020.

“Memang MEA dibuka 2015, tapi khusus perbankan 2020, jadi kita mau memastikan kita harus siap menghadapinya di tahun 2020,” tuturnya.

Kesiapan penting, lanjut Budi, lantaran selama ini perbankan Indonesia masih jauh di bawah perbankan negara lain, seperti Malaysia dan Singapura. Ia khawatir, jika perbankan nasional terlena dengan cara organik, maka gap yang besar dengan perbankan asing akan semakin sulit tersaingi.

Menurutnya, salah satu hal yang penting dalam menghadapi MEA tersebut adalah membangun sumber daya manusia atau bankir yang berkualitas. Atas dasar itu pula, Bank Mandiri mencoba untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dengan membentuk Institute Mandiri.

“Dia bisa mengembangkan kemampuannya sebagai bankir semaksimal mungkin,” pungkasnya.
Tags:

Berita Terkait