Puisi 'Lupa Nomor Telepon' Sang Hakim
Mengenang Bismar:

Puisi 'Lupa Nomor Telepon' Sang Hakim

Bismar Siregar dikagumi dan dihormati bukan saja oleh mereka yang bergelut di dunia hukum. Sastrawan Taufiq Ismail pun membuatkan puisi khusus.

FAT/RIA
Bacaan 2 Menit
Foto: http://taufiqismail.com
Foto: http://taufiqismail.com
Banyak cara orang menuangkan isi hatinya. Terlebih, kepada orang yang dihormati, dikagumi, dan dicintai. Biasanya curahan hati itu akan diungkapkan dengan kata-kata sangat dalam. Salah satu cara yang kerap dilakukan mengungkapkan kekaguman, rasa cinta, dan penghormatan itu adalah menuliskan puisi.

Cara itu pula yang dilakukan orang terhadap Bismar Siregar. Penyair dan sastrawan senior Taufiq Ismail salah satunya. Meskipun tidak terlalu mengenal dekat Bismar Siregar, Taufiq mengaku kagum atas sikap dan integritas sang hakim. Gaya hidup Bismar yang sederhana dan berterus terang membuat Taufiq memberi acungan jempol.

“Saya tidak kenal Pak Bismar. Cuma tahu sedikit dari berita koran dan saya tulislah puisi itu. Saya hormat pada sikap dan integritas Pak Bismar Siregar. Kesederhanaan dan gaya terus-terang beliau sangat lain dibandingkan dengan pejabat pada umumnya. Itu yang menyebabkan saya menuliskan puisi itu,” tulis Taufiq melalui pesan singkatnya kepada hukumonline.

Puisi yang dimaksud Taufiq adalah satu puisi yang sengaja ia tulis berkat kekagumannya kepada Bismar. Pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 Juni tahun 1935 itu, membuat puisi berjudul “Lupa Aku, Nomor Telepon Hakim Agung Bismar Siregar”. Beginilah kalimat-kalimat puitis itu mengalir:
Lupa Aku, Nomor Telepon Hakim Agung Bismar Siregar

Adu hewan, katanya
Dilarang oleh etika, agama, akal waras
Dan peraturan pemerintah

Itu ‘kan di zaman Belanda. Kuna

Adu manusia, katanya
Bahkan tontonan pembantaian manusia
Dibolehkan oleh etika, agama, akal waras
Dan peraturan pemerintah

Ini ‘kan di zaman merdeka. Pancasila

Aku bingung
Ini bagaimana

Aku ingin bertanya
Pada Pak Bismar
Tapi lupa nomor teleponnya.

Puisi untuk Bismar tak hanya ditulis oleh penyair kondang sekelas Taufiq Ismail. Alumnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Ayu Novita Pramesti pernah mengenang sosok Bismar melalui syairnya. Ayu menuliskan puisinya di laman kompasiana, dua hari setelah Bismar kembali kepada Sang Pencipta.

Kepada hukumonline, Ayu bercerita puisi ini dibuat dengan spontan setelah memperoleh kabar mengenai meninggalnya Bismar. Spontanitas ini terjadi bukan karena Ayu kenal dekat dengan Bismar. Bertemu langsung pun belum pernah. Tapi ia sering membaca tulisan atau buku Bismar, selain mendengar gambaran sosok orang yang ia sebut ‘Opung’ dari orang lain. “Beliau sangat inspiratif bagi saya,” ujar Ayu kepada hukumonline melalui sambungan telepon.

Lewat puisi ini, Ayu mengucapkan selamat jalan untuk Bismar Siregar.
Selamat Jalan Pak Hakim Berhati Nurani...

Tak pernah sekalipun
Ku bertatap langsung denganmu
Tapi aura keshalihan itu
Ku rasakan
Lewat tulisanmu
Lewat cerita-cerita itu
Pak Hakim berhati nurani
Itu gelar yang pantas untukmu
Demi Keadilan
Berdasar pada Sang Mahaesa
Itu yang kau junjung
Hingga akhir hayatmu
Ya Rabb aku bersaksi!
Pak hakim ini orang baik
Semoga kelak Kau kumpulkan
Di barisan mulia
Bersama para nabi
Bersama orang-orang benar
Bersama para syuhada'
Pak hakim
Semoga kita bisa bertemu
Suatu saat nanti

*untuk Opung Bismar Siregar, SH.


Dalam peringatan 80 tahun Bismar Siregar, sejumlah kolega memberikan testimoni. Atas ide Irwan H. Siregar, anak Bismar Siregar, testimoni para tokoh itu akhirnya dibukukan. Seolah mengantarkan Bismar di hari tuanya, sebuah puisi Taufiq Ismail menghiasi halaman awal buku Refleksi 80 Tahun Perjalanan Hidup Seorang Hamba Allah”.  

Ketika Tangan dan Kaki Berkata

Akan datang hari
Mulut dikunci
Kata tak ada lagi

Akan tiba masa
Tak ada suara
Dari mulut kita

Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkah

Tidak tau kita
Bila harinya
Tanggung jawab tiba

Rabbana
Tangan kami..
Kaki kami..
Mulut kami..
Mata hati kami..

Luruskanlah, kukuhkanlah
Di jalan cahaya.. Sempurna
Mohon karunia kepada kami
HambaMu yang hina

Taufiq menulis “Akan tiba masa/Tak ada suara/Dari mulut kita”. Dan masa itu telah tiba bagi Bismar. Hakim yang dikagumi Taufiq dan Ayu itu telah menyempurnakan hidupnya di alam fana ini pada 19 April 2012.
Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait