Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR Sareh Wiyono mengatakan, dari 37 RUU prioritas tersebut, 26 di antaranya merupakan usulan DPR. Sedangkan usulan dari Pemerintah sebanyak 10 RUU. Dan usulan dari DPD sebanyak satu RUU. Menurutnya, dalam 37 RUU prioritas tersebut, usulan DPD tidak satu RUU, melainkan delapan RUU.
“Karena ada tujuh RUU usulan DPD yang sama dengan usulan DPR dan Pemerintah, dan disepakati untuk menjadi usulan DPR atau Pemerintah,” kata mantan Ketua Pengadilan Tinggi Bandung ini di Komplek Parlemen di Jakarta, Senin (9/2).
Ia sadar, beban legislasi DPR, Pemerintah dan DPD tidak ringan. Hal tersebut dikarenakan penetapan Prolegnas sudah masuk bulan kedua di tahun 2015 ini. Meski begitu, Sareh optimis bahwa target legislasi tersebut akan tercapai, dengan syarat adanya kesamaan visi antara DPR, Pemerintah dan DPD dalam membahasnya.
“Kesamaan visi untuk lakukan revitalisasi hukum dalam lima tahun ke depan sangat penting,” kata Sareh.
Berikut 37 RUU yang masuk dalam Prolegnas prioritas tahun 2015:
No | Nama RUU | Pengusul Prioritas | Keterangan |
1 | RUU tentang Perubahan atas UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran | Komisi I DPR | Pembicaraan Tk. I Ada NA+RUU |
2 | RUU tentang Radio Televisi Republik Indonesia | Komisi I DPR | Periode 2009-2014 Usul DPR Ada NA+RUU |
3 | RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) | Kementerian Komunikasi dan Informatika | Prolegnas 2010-2014 Ada NA+RUU |
4 | RUU tentang Wawasan Nusantara | PPUU DPD | Sudah ada NA, RUU sedang proses |
5 | RUU tentang Pertanahan | Komisi II DPR | Pembicaraan Tk. I Ada NA+RUU |
6 | RUU tentang Perubahan atas UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah | Komisi II DPR, Kementerian Keuangan dan PPUU DPD | Pembicaraan Tk. I Ada NA+RUU |
7 | RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi UU | Komisi II DPR | Ada NA+RUU |
8 | RUU tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah | Komisi II DPR | Ada NA+RUU |
9 | RUU tentang Peningkatan Pendapatan Asli Daerah | F-PAN dan DPD | Ada NA+RUU |
10 | RUU tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana | Komisi III DPR dan Kemenkumham | Pembicaraan Tk. I Ada NA+RUU |
11 | RUU tentang Merek | Kemenkumham | Ada NA+RUU |
12 | RUU tentang Paten | Kemenkumham | Ada NA+RUU |
13 | RUU tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi | Kemenkumham | Ada NA+RUU |
14 | RUU tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan | Komisi IV DPR dan Komite II DPD | Ada NA dan RUU dari DPD |
15 | RUU tentang Kedaulatan Pangan (Perubahan Atas UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan) | F-P Gerindra, F-PDIP, FPKS, F-PG, FPAN, F-PPP, F-P HANURA dan DPD | Ada NA+RUU |
16 | RUU tentang Jasa Konstruksi | Komisi V DPR | Periode 2009-2014 Harmonisasi Ada NA+RUU |
17 | RUU tentang Arsitek | Komisi V DPR | Ada NA+RUU |
18 | RUU tentang Tabungan Perumahan Rakyat | F-PKS dan FPDIP | Pembicaraan Tk. I Ada NA+RUU |
19 | RUU tentang Perubahan atas UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN | Komisi VI DPR | Ada NA+RUU |
20 | RUU tentang Perubahan atas UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat | Komisi VI DPR | Periode 2009-2014 Usul DPR Ada NA+RUU |
21 | RUU tentang Larangan Minuman Beralkohol | F-PPP dan FPKS | Pembicaraan Tk. I Ada NA+RUU |
22 | RUU tentang Pertembakauan | F-Nasdem, FPAN, F-PDIP, F-PG | Pembicaraan Tk. I Ada NA+RUU |
23 | RUU tentang Kewirausahaan Nasional | F-PKS, FPDIP, F-PAN, F-PG | |
24 | RUU tentang Perubahan atas UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi | Komisi VII DPR, Kementerian ESDM dan DPD | Periode 2009-2014 Harmonisasi Ada NA+RUU |
25 | RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara | Komisi VII DPR dan Komite II DPD | Sudah Ada NA+RUU |
26 | RUU tentang Penyandang Disabilitas | Komisi VIII DPR | Periode 2009-2014 Usul DPR, Ada NA+RUU |
27 | RUU tentang Pengelolaan Ibadah Haji dan Penyelenggaraan Umrah | Komisi VIII DPR | Pembicaraan Tk. I Ada NA+RUU |
28 | RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang No.39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri | Komisi IX DPR | Pembicaraan Tk. I Ada NA+RUU |
29 | RUU tentang Kekarantinaan Kesehatan | Kementerian Kesehatan | Ada NA+RUU |
30 | RUU tentang Perubahan Atas UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial | Komisi IX DPR | |
31 | RUU tentang Sistem Perbukuan | Komisi X DPR | Pembicaraan Tk. I Ada NA+RUU |
32 | RUU tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan | Komisi XI DPR | Periode 2009-2014 Usul DPR, Ada NA+RUU |
33 | RUU tentang Perubahan Kedua atas UU No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia | Komisi XI DPR dan Kemenkeu | Ada NA+RUU |
34 | RUU tentang Penjaminan | F-PG | Ada NA+RUU |
35 | RUU tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) | Kemenkeu | Ada NA+RUU |
36 | RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak | Kemenkeu | Ada NA+RUU |
37 | RUU tentang Perubahan Kelima Atas UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan | Kemenkeu dan Komite IV DPD | Ada NA+RUU |
Direktur advokasi PSHK Ronald Rofiandri mengatakan, konsistensi dan tindaklanjut menjaga relasi diperlukan oleh DPR, Pemerintah dan DPD dalam setiap membahas RUU. Menurutnya, fungsi dan relasi legislasi DPD masih rentan mengalami reduksi jika tidak diperkuat melalui revisi UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, utamanya dalam rangka tindak lanjut putusan MK No. 92/PUU-X/2012 tanggal 27 Maret 2013.
Selain perubahan peraturan, desain ulang Prolegnas juga menjadi kebutuhan berikutnya. Jika DPR dan Pemerintah masih mengakui adanya mekanisme luncuran, lanjut Ronald, yaitu daftar RUU yang tidak tuntas dibahas kemudian dialihkan secara otomatis pada tahun berikutnya, kegagalan mencapai target bisa terjadi.
“DPR dan Pemerintah berpeluang menghadapi kegagalan mencapai target karena beban penyusunan dan pembahasan RUU yang bertambah secara masif,” pungkasnya.