Adaptasi Teknologi: Solusi Via dalam Menjalankan Profesi Pengacara
Hukumonline's NeXGen Lawyers 2023

Adaptasi Teknologi: Solusi Via dalam Menjalankan Profesi Pengacara

Via percaya dengan beradaptasi terhadap perkembangan teknologi, seorang pengacara dapat meningkatkan kualitas dari layanan hukum yang diberikan. Sebagai bentuk implementasi misi dari Assegaf Kawilarang & Associates, Via menggunakan adaptability skills yang dimilikinya untuk memberikan solusi kreatif dan inovatif serta komprehensif kepada seluruh kliennya.

Oleh:
Tim Hukumonline
Bacaan 3 Menit
Foto: Octavia Alida Mochtar, Assegaf Kawilarang & Associates
Foto: Octavia Alida Mochtar, Assegaf Kawilarang & Associates

Di era persaingan global yang semakin sengit dan perkembangan teknologi yang semakin pesat,  manusia dituntut untuk dapat keep up dengan segala perubahan yang terjadi. Kemampuan untuk memanfaatkan teknologi yang terus berkembang dibutuhkan sebagai basic skill untuk bersaing dengan kebutuhan pasar global.

Salah satu teknologi yang akan memiliki dampak besar di bidang  hukum adalah kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Yang menjadi tantangan bagi pengacara bukan saja tentang penggunaan teknologi termasuk AI, tapi juga persiapan dalam menghadapinya.

Bagi Octavia Alida Mochtar (Via), associate pada kantor hukum Assegaf Kawilarang &  Associates yang memiliki spesialisasi dalam bidang hukum litigasi korporasi, penggunaan teknologi khususnya AI justru dipandang dapat memberikan banyak manfaat, khususnya untuk mengotomatisasi tugas-tugas pengacara seperti pencarian dokumen, analisis data, dan pengelolaan kasus.

Hal ini tentu  saja dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam proses litigasi yang akan dijalani. Selain itu, penggunaan AI juga dapat membantu mengidentifikasi pola dan tren untuk membantu pengacara  mempersiapkan strategi yang lebih baik.

Namun, terlepas dari hal tersebut di atas, AI yang biasanya diprogram menggunakan data historis cenderung berpotensi mengandung bias dan diskriminasi terhadap minoritas atau kelompok tertentu, sehingga dapat mempengaruhi keputusan dalam menghadapi kasus yang sedang ditangani.

Hal ini  dipandang oleh Via sebagai suatu tantangan tersendiri. Oleh karenanya faktor sentuhan manusia  (human touch) mutlak diperlukan, mengingat AI tidak memiliki sisi empati dan kecerdasan emosional yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya. 

Via yang memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Trisakti pada 2011, memulai kariernya di sebuah kantor hukum prestisius di bidang litigasi. Di kantor ini, ia mendapatkan kesempatan untuk menangani banyak perkara yang kompleks dalam waktu yang bersamaan.

Bersama  dengan Assegaf Kawilarang & Associates, Via telah berpengalaman dalam menangani berbagai perkara yang timbul dalam proses pengadaan barang pada instansi pemerintahan, permasalahan hukum atas pelaksanaan perjanjian joint venture serta mendamping dan/atau mewakili perusahaan  yang bergerak di bidang penyediaan layanan melalui jaringan komunikasi broadband dan distribusi  sinyal elektronik. 

Berkutat di bidang hukum litigasi, yang sampai saat ini masih didominasi oleh kaum laki-laki, membuat Via terbiasa untuk bekerja lebih ekstra untuk membuktikan  kapabilitasnya. Hal ini membuatnya menjadi pribadi yang “tahan bantingdan adaptif terhadap segala tantangan yang dihadapinya. Stigma masyarakat yang masih melekatkan profesi pengacara sebagai profesi dengan beban kerja yang sangat berat dan jam kerja tidak normal dianggap tidak cocok untuk ditekuni oleh seorang Wanita.

Hal ini tentu saja berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada  bahwa banyak sekali pengacara perempuan yang telah berhasil meniti karier di bidang hukum dan  menjadi leader dalam bidangnya. Tantangan bagi pengacara wanita untuk menyeimbangkan peran dalam kehidupan pekerjaan dan kehidupan di luar pekerjaan pada dasarnya dapat diatasi dengan penggunaan teknologi serta time  management yang baik.

Oleh karena itu, penting bagi pengacara perempuan untuk terus memperkuat keterampilan dan pengetahuan tentang teknologi dan cara menggunakannya secara maksimal. 

Via percaya dengan beradaptasi terhadap perkembangan teknologi, seorang pengacara dapat  meningkatkan kualitas dari layanan hukum yang diberikan. Sebagai bentuk implementasi  misi dari Assegaf Kawilarang & Associates, Via menggunakan adaptability skills yang dimilikinya untuk memberikan solusi kreatif dan inovatif serta komprehensif kepada seluruh kliennya. 

Ahmad Jamal Assegaf, managing partner dari Assegaf Kawilarang & Associates pun menilai Via sebagai sosok pengacara litigasi yang exceptional. “Keinginannya untuk terus beradaptasi dengan  seluruh perkembangan yang ada, ditambah dengan keahlian hukum yang dimilikinya, membuat Via menjadi aset yang berharga bagi Assegaf Kawilarang & Associates untuk menghadirkan jasa hukum  yang terbaik, serta bagi setiap klien yang membutuhkan representasi hukum.”

Tags: