Capim Tak Setuju Pimpinan KPK Banyak Berbicara
Seleksi Capim KPK:

Capim Tak Setuju Pimpinan KPK Banyak Berbicara

Harus dibuat peraturan internal yang mengkontrol pimpinan KPK berbicara ke publik.

Oleh:
Ali
Bacaan 2 Menit
Handoyo Sudrajat calon pimpinan KPK yang dijagokan anggota Komisi III karena kalem, tak banyak bicara. Foto: SGP
Handoyo Sudrajat calon pimpinan KPK yang dijagokan anggota Komisi III karena kalem, tak banyak bicara. Foto: SGP

Anggota Komisi III dari Partai Gerindra Rindhoko mengaku menjagokan Handoyo Sudrajat, calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pria yang menjabat sebagai deputi pengawasan internal dan pelaporan masyarakat KPK ini dinilai sebagai sosok yang kalem, tak banyak bicara. Hal ini diungkapkan Rindhoko dalam uji kelayakan dan kepatutan capim KPK di ruang rapat Komisi III, Selasa (29/11).

 

“Anda tak banyak bicara. Kalau nanti terpilih, tak banyak suara yang keluar dari sana (KPK,-red). Sekarang, kami lagi tak enak hati karena KPK sekarang lebih banyak bicara daripada kerjanya,” ujarnya.

 

Meski begitu, Rindhoko mempertanyakan pandangan Handoyo mengenai tindakan KPK yang dipimpin Busyro Muqoddas yang dianggap terlalu banyak berbicara ini. Apalagi, status Handoyo yang saat ini masih menjabat di internal KPK. Tak hanya Rindhoko, anggota lain juga mempertanyakan hal serupa.

 

“Pimpinan KPK sekarang terlalu banyak bicara ke publik. Tolong Anda berikan penilaian, apakah sudah patut atau belum? Tepat atau tidak seperti itu?” selidik Anggota Komisi III dari PKB Otong Abdurrahman.

 

Handoyo menjelaskan ke depan perlu diatur Peraturan Protokoler dan Kehumasan yang berlaku kepada setiap pimpinan KPK secara internal. Tujuannya adalah untuk mengkontrol pernyataan-pernyataan yang dianggap tak perlu. “Perlu dibuat peraturan. Dan bila ingin menyampaikan pernyataan harus dilengkapi dengan konteks yang dimaksud,” ujarnya.

 

Sekadar mengingatkan, sejumlah anggota DPR sempat kebakaran jenggot dengan beberapa pernyataan yang disampaikan oleh Ketua KPK Busyro Muqoddas. Ia mengatakan bahwa beberapa anggota DPR hidup berlebihan atau berlaku hedonis yang tak memperhatikan rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan.

 

Sejumlah capim KPK yang mengikuti fit and proper test juga ditanyai mengenai kebiasaan ini. Sebelumnya, capim KPK Abraham Samad yang mendapat giliran pertama bahkan bersuara lebih keras. Ia melihat pimpinan KPK saat ini memang lebih banyak berbicara daripada bekerja.

Tags: