Hak kekayaan Intelektual (HKI) merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap seniman di industri kreatif, tak terkecuali pelaku seni karya sastra. HKI bagi pelaku seni karya sastra tertuju kepada penulis.
Hasil karya sastra secara nyata telah memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya dalam bentuk buku. Lahirnya sebuah karya sastra melibatkan banyak modal dari penulis, penerbit, dan distributor.
Oleh karena itu, tidak berlebihan jika hasil karya sastra yang merupakan hasil karya cipta intelektual manusia diberikan perlindungan hukum yang memadai. Perlindungan hukum terhadap hak kekayaan intelektual berisikan pengakuan terhadap hak atas kekayaan dan hak untuk menikmati kekayaan itu oleh pemegang hak atas kekayaan intelektual.
Baca Juga:
- Dana Abadi Kebudayaan Dukung Penyelenggaraan Ubud Writers and Readers Festival
- Syarat Kekayaan Intelektual Dapat Diajukan Sebagai Jaminan
- Tiga Masalah Utama HKI Sebagai Jaminan Utang
Namun persoalan plagiarisme yang erat dengan seniman, seringkali menjadi hal yang merugikan bagi penulis karya sastra. Berangkat dari mudahnya plagiarisme yang menimpa para penulis, hak kekayaan intelektual begitu penting kehadirannya dan merupakan langkah awal yang baik untuk melindungi karya sastra penulis.
Felix K. Nesi selaku penulis dan pemenang Sastra Kemdikbud Ristek Award 2021 mengaku, hak kekayaan intelektual menjadi perhatian khusus di kalangan penulis karya sastra
“Penulis sangat aware dengan hak kekayaan intelektual, kita juga rajin melakukan pengecekan di antara sesama penulis mengenai siapa yang memplagiat siapa dan di beberapa kasusnya memang masih banyak. Kita juga pernah melakukan blacklist terhadap penulis yang ketahuan memplagiat,” ujarnya kepada Hukumonline, Kamis (6/10).