HNW: Jangan Mubazirkan Hak Pilih Kita
Pojok MPR-RI

HNW: Jangan Mubazirkan Hak Pilih Kita

Bila kita memilih calon pemimpin, diharapkan memilih yang mempunyai kapasitas, baik, dan mengedepankan kepentingan bangsa.

Oleh:
RED
Bacaan 2 Menit
Foto: Humas MPR
Foto: Humas MPR

Di hadapan ratusan anggota Serikat Pekerja Nasional (SPN), Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) mengatakan dirinya untuk kedua kalinya bertemu dengan mereka dalam acara yang sama. “Ini Sosialisasi Empat Pilar yang kedua dengan SPN,” ujarnya ketika mengawali pemaparan sosialisasi.

 

Dalam acara yang diselenggarakan di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten, 8 November 2018, HNW mengungkapkan sosialisasi yang dilakukan oleh MPR merupakan amanat dari UU  No. 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Dengan melakukan sosialisasi, menurut Wakil Ketua Badan Wakaf Pondok Pesantren Gontor itu MPR telah mematuhi aturan hukum yang ada.

 

“Sehingga rakyat menjadi percaya,” tuturnya.

 

Dalam melakukan sosialisasi, disebut MPR menggunakan berbagai metode, seperti lewat cerdas cermat, outbond, focus group discussion, training of trainer, legal drafting, debat konstitusi, seni dan budaya, serta metode lainnya. Diungkapkan, dirinya merasa kagum saat lomba cerdas cermat Empat Pilar yang peserta datang dari kalangan pelajar SMA. Mereka bisa hafal UUD NRI Tahun 1945, istilahnya dari A sampai Z. “Luar biasa," ujarnya.

 

Lebih lanjut dikatakan, sosialisasi yang dilakukan itu bekerja sama dengan berbagai pihak seperti guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah daerah, perguruan tinggi, TNI, Polri, pekerja atau buruh, dan komponen masyarakat lainnya. “Dari semua yang dilakukan menunjukan posisi sosialisasi sangat jelas legal hukumnya," ucap pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu.

 

Menurutnya, proses itu dimulai dari pidato Bung Karno dalam Sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945, kemudian Pancasila 22 Juni 1945, hingga 18 Agustus 1945. Menurutnha, proses lahirnya Pancasila melalui suasana yang sangat demokratis. Setidaknya  terdapat saran dan masukan dalam proses itu seperti apa yang hendak dinamakan dari lima gagasan besar yang dilontarkan Bung Karno. Pancasila dilahirkan oleh berbagai kalangan dengan latar suku, agama, profesi, yang beragam untuk menyepakati dan bertanggungjawab dalam membentuk satu kebersamaan, Indonesia.

 

Untuk itu sosialisasi yang digelar ditujukan meningkatkan cinta seluruh komponen bangsa kepada Indonesia. Sebagaimana proses lahirnya Pancasila yang dilahirkan oleh golongan Islam dan kebangsaan maka dengan sosialisasi masalah yang dihadapi bangsa ini yakni islamophobia dan kebangsaan phobia tidak terjadi. “Supaya tidak terjadi fitnah antar golongan," ujarnya.

 

Dikatakan kontribusi kelompok Islam kepada bangsa dan negara sangat penting dan mendasar, demikian juga kontribusi dari kelompok kebangsaan. Bila ada kritik dan perdebatan diharapkan untuk memperbaiki kondisi bangsa dan negara. “Pendiri bangsa dahulu mengkritik dengan  baik dan benar," ujarnya.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait