ICW: KPK Bisa Jerat Korporasi Penerima Aliran Dana e-KTP
Berita

ICW: KPK Bisa Jerat Korporasi Penerima Aliran Dana e-KTP

Selain penyalahgunaan wewenang, ICW anggap Novanto bisa dikenakan pencucian uang.

Aji Prasetyo
Bacaan 2 Menit

 

"Nah, kalau itu tidak dilakukan ya aset recovery-nya nanti akan sangat kecil dan itu merugikan karena dampak korupsi di e-KTP ini luas sekali. Bukan hanya uang proyeknya gede, tapi juga masyarakat ini kan akhirnya kehilangan akses terhadap id (kartu identitas) mereka sendiri," jelasnya.

 

KPK dan Novanto terima putusan

Kuasa hukum Novanto, Maqdir Ismail kepada Hukumonline menyatakan pihaknya memang menunggu langkah yang dilakukan KPK untuk memutuskan apakah akan menerima atau melawan putusan hakim Tipikor. Menurutnya, jika KPK banding, maka pihaknya akan melakukan hal yang sama, begitupula sebaliknya.

 

"Ada lawyer yang lagi cek ke PN Jakarta Pusat, KPK banding atau tidak banding. Kalau KPK banding, Pak SN akan banding. Kalau KPK terima pak SN akan terima," ujar Maqdir.

 

Dengan KPK menerima putusan ini, maka kuasa hukum melakukan hal yang sama, yaitu tidak akan mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Alasannya, Novanto dan keluarga tidak ingin lagi larut dalam hiruk pikuk kasus ini dan ingin melihat perkara yang menimpanya secara utuh.

 

Tiga terdakwa kasus e-KTP lainnya yaitu Irman dan Sugiharto serta Andi Narogong dipidana lebih lama oleh pengadilan yang tingkatnya lebih tinggi. Mereka masing-masing dipidana 15 tahun untuk Irman dan Sugiharto serta, 11 tahun untuk Andi Narogong.

 

Saat ditanya apakah hal ini juga menjadi dasar pihaknya memikirkan masak-masak untuk mengajukan banding, Maqdir menampiknya. "Tidak ada hubungannya dengan putusan perkara yang lain," tutur Maqdir.

 

Wakil Ketua KPK Laode M. Syarif menegaskan pihaknya menerima putusan majelis hakim Pengadilan Tipikor yang memutus sedikit lebih rendah dari tuntutan selama 16 tahun dan putusan menjadi 15 tahun. Menurut Syarif, angka tersebut sudah memenuhi 2/3 dari ekspektasi penuntut umum.

 

"KPK menerima putusan karena kita anggap lebih dari 2/3 dan semua yang disangkakan juga diadopsi hampir seluruhnya oleh majelis hakim. Kita tuntut 16 tahun diputus 15 tahun," kata Syarif.

Tags:

Berita Terkait