Menjamin utang seseorang sudah menjadi praktik lazim di masyarakat. Penjaminnya bisa orang perseorangan, bank, atau badan hukum. Dengan berstatus sebagai penjamin, seseorang, bank, atau badan hukum tersebut menjamin bahwa orang yang dijamin pasti membayar utang-utangnya kepada kreditor. Jika tidak, tentulah si penjamin menanggung risiko yang tidak sedikit.
Mengapa orang tetap bersedia menjamin pihak lain meskipun risikonya besar? Bisa jadi ini berkaitan dengan hak-hak istimewa yang dimiliki oleh penjamin menurut hukum, khususnya menurut KUH Perdata. Tulisan ini secara khusus membahas apa saja hak istimewa yang dimiliki penjamin. Bagaimanapun penjamin dan orang yang dijamin bertanggung jawab atas utang yang belum dibayarkan.
Apa saja hak istimewa yang dimiliki penjamin dapat ditelusuri antara lain dalam KUH Perdata. Pasal 1831 menyebutkan penjamin tidak diwajibkan membayar kepada kreditor kecuali jika debitor lalai, sedangkan barang-barang milik debitor harus terlebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya. Pasal 1847 menyebutkan hak istimewa lainnya: Panjamin utang dapat menggunakan kepada kreditor segala tangkisan yang dapat dipakai oleh debitor dan mengenai utangnya yang dijamin.
Selanjutnya Pasal 1833 menyatakan kreditor tidak diwajibkan menyita dan menjual lebih dahulu benda-benda debitor kecuali apabila diminta oleh penjamin pada waktu ia pertama kali dituntut di muka hakim. Pasal 1837-1838 menambahkan dalam hal yang bertindak sebagai penjamin adalah beberapa orang atau beberapa perusahaan, maka penjamin berhak meminta pemecahan utang yang ditanggung secara bersama-sama, sesuai proporsi masing-masing.
