Melihat Aspek Hak Cipta Dalam Disrupsi AI pada Industri Media
Terbaru

Melihat Aspek Hak Cipta Dalam Disrupsi AI pada Industri Media

Banyak data-data penulis, gambar, suara yang di-crawl oleh generative AI, sehingga bisa menciptakan sesuatu hasil dari crawl. Karenanya terdapat unsur-unsur yang dilanggar dari karya-karya yang diambil AI.

Mochamad Januar Rizki
Bacaan 4 Menit
Narasumber diskusi sesi 1 dalam kegiatan Indonesia Digital Conference (IDC) 2023 yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di Hotel El Royale, Bandung, Selasa (22/8/2023). Foto: Istimewa
Narasumber diskusi sesi 1 dalam kegiatan Indonesia Digital Conference (IDC) 2023 yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di Hotel El Royale, Bandung, Selasa (22/8/2023). Foto: Istimewa

Kehadiran kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) membantu operasional industri media jika memang bisa dimanfaatkan dengan baik. Seperti pengenalan gambar, pengambilan kesimpulan, membuat pers rilis, hingga rekomendasi keputusan bisnis yang dilakukan oleh Perusahaan untuk memenangkan perhatian pembaca.

“AI juga bisa dipakai beberapa media untuk mendistribusikan konten, menentukan headline dan bisa sangat membantu untuk kreativitas. Kata kunci hubungan industri AI dengan media bagaimana mengurangi bias,” ujar Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria dalam acara Indonesia Digital Conference (IDC 2023) yang diselenggarakan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di Bandung, Selasa (22/8/2023).

Tapi begitu, di mata Nezar ada dampak dari penggunaan AI bagi industri media. Misalnya, AI berpotensi memberikan halusinasi, sehingga harus dilatih yang muncul biasnya. Hal ini penting mengingat saat meng-crawling data, bisa saja data tersebut tidak disiapkan dengan baik maka disinformasi bisa terjadi.

Salah satu tantangan yang menjadi perhatian yaitu perlindungan hak cipta. Hal ini berpotensi serius karena tata cara penelusuran dan penggunaan (crawling) data oleh AI berpotensi melanggar hak cipta. “Banyak data-data penulis, gambar, suara yang di-crawl oleh generative AI, sehingga bisa ciptakan sesuatu hasil yang dia crawl. Di sini ada unsur-unsur yang dilanggar dari karya-karya yang diambil oleh AI,” ujarnya.

Baca juga:

Ketua Umum AMSI Wenseslaus Manggut membenarkan datangnya era AI dapat membantu atau sebaliknya menjadi bumerang bagi industri media. Dia berharap, perusahaan media bisa menghadapi disrupsi ini. “AI bisa bantu dari sisi operasional newsroom. Orang selalu bilang bahwa open AI, open problem. Selalu datang membantu kita dengan format yang sangat dahsyat, tetapi bisa juga sangat dahsyat impactnya,” katanya.

Di sisi lain, Wens juga menyinggung concern AMSI hingga saat ini yakni mendorong hak-hak perusahaan media dalam publisher rights agar bisnisnya tetap baik. Ia berharap isu publisher rights ini segera rampung karena hal ini tidak hanya berkaitan konvensional platform saja tapi juga berkaitan dengan platform baru seperti TikTok dan micro community.

Tags:

Berita Terkait