Terjadi Lagi, Pengacara Kanada Mengutip Putusan Fiktif Hasil Halusinasi ChatGPT
Utama

Terjadi Lagi, Pengacara Kanada Mengutip Putusan Fiktif Hasil Halusinasi ChatGPT

Meskipun hakim memutuskan bahwa pengacara Chong Ke tidak berniat menipu, namun ia diperintahkan untuk membayar biaya perkara secara pribadi. Law Society of British Columbia saat ini sedang melakukan penyelidikan atas perbuatan Chong.

Ferinda K Fachri
Bacaan 4 Menit

“Mengutip kasus palsu dalam pengajuan dan materi lain yang diserahkan ke Mahkamah merupakan penyalahgunaan proses dan sama saja dengan membuat pernyataan palsu di Mahkamah. Jika tidak dikendalikan, hal ini dapat menyebabkan hilangnya (rasa) keadilan,” tulis Hakim David Masuhara dalam putusan.

Mahkamah memandang bahwa tindakan yang dilakukan Chong menghasilkan publisitas negatif yang signifikan terhadap dirinya sendiri dan dia telah bersikap naif mengenai risiko penggunaan ChatGPT. Namun, Chong telah memperlihatkan bagaimana dia mengambil langkah untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat.

“Saya tidak menemukan bahwa dia (Chong) memiliki niat untuk menipu atau menyesatkan. Saya menerima ketulusan permintaan maaf Chong Ke kepada penasihat hukum dan Mahkamah. Penyesalannya terlihat jelas saat hadir dan menyampaikan secara lisan di persidangan.”

Hakim David memutuskan untuk tidak menghukum Chong dengan denda khusus tertentu, karena hal ini hanya akan relevan bila terjadi penyalahgunaan sistem peradilan yang serius atau tindakan tidak jujur atau jahat secara sengaja. Terlebih, tanpa diberikan hukuman khusus pun pengacara Chong akan menderita dampak publisitas negatif yang signifikan.

Mahkamah menyadari bahwa sitasi kasus palsu yang dilakukan Chong berimbas pada upaya dan biaya tambahan, terutama dilakukan pengacara lawan. Hakim David memutuskan upaya dan biaya tambahan harus ditanggung secara pribadi oleh Chong dan dia harus bertanggung jawab atas proses waktu persidangan yang telah berjalan setara dengan 2 hari penuh atau mungkin sekitar beberapa ribu dolar.

“Sayangnya, seperti yang dijelaskan dalam kasus ini, AI generatif masih belum bisa menggantikan keahlian profesional yang dibutuhkan oleh sistem peradilan dari seorang pengacara. Kompetensi dalam pemilihan dan penggunaan alat teknologi apapun, termasuk yang didukung oleh AI, sangatlah penting. Integritas sistem peradilan juga memerlukan hal yang sama,” tegas Hakim David.

Lebih lanjut, Law Society of British Columbia saat ini sedang melakukan penyelidikan atas perbuatan Chong. Christine Tam selaku juru bicara menyatakan bahwa meskipun ada potensi manfaat penggunaan AI dalam layanan hukum, Law Society telah mengeluarkan panduan kepada para pengacara tentang penggunaan AI yang seharusnya dan mengharapkan para pengacara untuk mematuhi standar yang diberikan.

Sebagai informasi, problema serupa pernah terjadi sebelumnya di pertengahan 2023. Dua pengacara menyampaikan legal brief yang ditulis dengan fasilitas/alat ChatGPT. Di dalamnya memasukkan kutipan pendapat Mahkamah yang belakangan diketahui tidak ada keberadaannya atau merupakan kasus palsu buatan ChatGPT. Kedua pengacara yang terlibat yakni Peter LoDuca dan Steven A. Schwartz.

Mereka dianggap telah meninggalkan tanggung jawab sebagai pengacara dalam gugatan klien mereka terhadap maskapai Avianca pada bulan Maret 2023.  Kedua pengacara bersama firma hukum mereka Levidow, Levidow & Oberman, diperintahkan masing-masing membayar denda sebesar 5.000 USD. Mereka juga diperintahkan untuk memberi tahu setiap hakim yang secara salah diidentifikasi melalui ChatGPT sebagai pembuat putusan kasus palsu tentang sanksi yang diterima.

Tags:

Berita Terkait