TSH: Hentikan Provokasi yang Menimbulkan Gesekan Antar-Organisasi Advokat!
Terbaru

TSH: Hentikan Provokasi yang Menimbulkan Gesekan Antar-Organisasi Advokat!

Ketimbang terus berdebat tentang single dan multibar, ada baiknya fokus pada upaya peningkatan kemampuan dan kompetensi advokat agar mampu melayani masyarakat dengan baik dan profesional.

Tim Publikasi Hukumonline
Bacaan 2 Menit
Presiden Kongres Advokat Indonesia (KAI) Adv. Tjoetjoe Sandjaja Hernanto. Foto: istimewa.
Presiden Kongres Advokat Indonesia (KAI) Adv. Tjoetjoe Sandjaja Hernanto. Foto: istimewa.

Presiden Kongres Advokat Indonesia (KAI) Adv. Tjoetjoe Sandjaja Hernanto menyampaikan, profesi advokat akan semakin jauh dari officium nobile, jika para pemimpin organisasi advokat hanya sibuk berdebat tentang single atau multibar. Pasalnya, menurut Tjoetjoe, single bar hanya dapat dicapai melalui kompromi serta sikap saling menghargai dan menghormati.

 

 “Stop berdebat. Advokat akan semakin jauh dari officium nobile, apabila masing-masing Pimpinan organisasi advokat merasa lebih benar dari yang lainnya. Single bar tidak akan pernah bisa terjadi bila ada salah satu organisasi advokat merasa paling sah, paling legal, paling benar, paling hebat, dan paling berkuasa,” kata Tjoetjoe.

 

Sebaliknya, ketimbang terus berdebat tentang hal tersebut, ada baiknya organisasi advokat (OA) fokus pada upaya untuk meningkatan kemampuan dan kompetensi para advokat, agar mampu melayani masyarakat dengan lebih baik dan profesional. Ia mengajak para pimpinan organisasi advokat untuk sama-sama memikirkan masa depan dunia advokat Indonesia tanpa melihat latar belakang organisasi advokatnya.

 

“Menurut saya, lebih baik kita mulai duduk bersama untuk membahas bentuk sistem organisasi advokat yang seperti apa yang paling ideal dimasa yang akan datang,” Tjoetjoe menambahkan.

 

Tak Boleh Dipaksa

Perdebatan mengenai single bar dan multibar dalam dunia advokat memang telah lama berlangsung. Dalam hal ini, Tjoetjoe meminta kepada para pimpinan organisasi advokat untuk tidak memaksakan kehendak untuk mendukung sistem single maupun sistem multibar. Biarkan para tokoh-tokoh advokat dan para akademisi membuat kajian akademis dan penelitian secara komprehensif untuk mendapatkan jawaban terhadap bentuk sistem advokat apa yang sesuai dan ideal untuk saat ini, maupun masa yang akan datang.

 

Selanjutnya Tjoetjoe juga berharap, agar pemerintah dan Mahkamah Agung bersikap netral sehingga tidak terjebak dalam sengketa organisasi advokat.

 

"Salah satu cara untuk menghentikan kemelut antar organisasi advokat, saya menyarankan agar para pimpinan organisasi advokat yang sudah tua-tua seperti saya ini segera memberikan kesempatan kepada para advokat junior untuk memimpin organisasi advokat,” pungkas Tjoetjoe.

 

Artikel ini merupakan kerja sama antara Hukumonline dengan Kongres Advokat Indonesia (KAI).

Tags:

Berita Terkait