Sang Bankir yang Peduli Si Fakir
Jeda

Sang Bankir yang Peduli Si Fakir

Seorang bankir senior mengakui perbuatannya menyalurkan kredit tanpa prosedur yang benar. Kredit tersebut untuk kalangan ekonomi lemah. Akibatnya, dia diganjar penjara hampir 3 tahun.

Ycb
Bacaan 2 Menit
Sang Bankir yang Peduli Si Fakir
Hukumonline

 

Istimewanya, pria tersebut bersedia mengelola dana nasabah itu supaya bank tempat dia berkarier tidak rugi-rugi amat. Karena kepiawaiannya memutar duit, pihak bank hanya menanggung rugi 640 ribu euro.

 

Juru bicara pengadilan sendiri menyatakan, pria tersebut tak setitikpun bermaksud memperkaya diri sendiri. Pihak pengadilan juga menegaskan, pria tersebut berhak untuk mengajukan banding. Namun, dengan jantan si pelaku mengakui semua perbuatannya. Menurutnya, polah tingkahnya justru menyelamatkan likuiditas bank tersebut. Aksi ala Robin Hood ini dia akhiri pada Januari tahun silam.

 

Jika kita tilik laporan keuangan bank tersebut, aksi bankir yang cukup senior ini tak begitu mengganggu prestasi 2006. Bank yang bergerak pada segmen kredit perorangan dan perusahaan ini justru mendulang pertumbuhan aset 2,8 persen. Kekayaan bank tersebut kini mencapai 2,75 miliar euro.

 

Dalam rilisnya, Direktur Tabungan Oskar Fox sangat membanggakan capaian bank yang berhasil meningkatkan dana tabungan 4,1 persen. Bank ini juga berhasil mengucurkan dana kredit konsumen sebesar 1,45 miliar euro atau naik 1,3 persen. Kantor Sparkasse Tauberfranken sendiri sudah tersebar pada lebih dari 60 kota di Jerman.

 

Nah, coba kalau Indonesia punya bankir setajir Si Robin Hood. Tak hanya menyuapkan kredit kepada konglomerat, tapi juga berderma kepada wong cilik. Demikian juga, tak gentar bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Tentu, ekonomi kita tak bakal macet. Perlu kita tahu, saat ini terdapat lebih dari Rp230 triliun dana perbankan yang ngendon dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Artinya, dengan malas bekerja, tak perlu putar otak menyalurkan kredit ke sektor riil pun, si bankir sudah memperoleh penghasilan bunga hampir Rp23 triliun.

 

Well, wahai bankir Indonesia, tertantang menjadi Robin Hood?

 

Sumber: Reuters, Situs Sparkasse Tauberfranken, dan Kompas 16 Juni 2007)

Tak salah sosialisme memilih ranah Jerman sebagai tanah kelahirannya. Ajaran Karl Marx pada abad ke-19 rupanya masih kental berlaku di negeri yang dinakhkodai Kanselir Angela Merkel ini. Tak tanggung-tanggung jiwa 'sama rata sama rasa' ini merasuk ke dalam raga seorang bankir senior. Sulit dipercaya, mengingat bank adalah sebuah lembaga penyaluran modal (tegasnya: kapital).

 

Memang belum bisa dipastikan apakah bankir tersebut memeluk paham yang digagas oleh Marx dan Friedrich Engels itu, atau hanya sekadar berjiwa altruis. Namun, kata penulis fiksi beraliran kiri Maxim Gorky, seseorang tak perlu belajar mahzab sosialisme untuk menjadi sosialis. Paham ini termanifestasi dalam tindak-tanduk orang itu sehari-hari.

 

Begini ceritanya. Adalah seorang pria yang bekerja sebagai pegawai Bank Sparkasse Tauberfranken. Pria berusia 45 tahun itu dengan sadar dan sengaja menyalurkan segepok uang nasabah berkantong tebal. Tak tanggung-tanggung, total jenderal dana yang dia alihkan sebesar 2,1 juta euro (setara 1,4 juta pounds).

 

Pria berdarah Yugoslavia ini mengakui perbuatannya, menyalurkan kredit kepada orang-orang yang tak mampu atau golongan ekonomi lemah. Karena tindakannya itulah, pers lokal menjulukinya Robin Hood zaman modern. Tentu saja, bukan Robin Hood dari belantara Sherwood yang menetang Raja Nottingham dari Britania. Namun, bukan berarti polahnya ini tak mengundang risiko. Akibatnya, pengadilan kota Mosbach mengganjarnya kurungan 2 tahun 10 bulan. Vonis tersebut jatuh pada Kamis (14/6). Mosbach merupakan kota bagian selatan Jerman, tempat bankir tersebut berkarya.

Tags: