Awas, Perusahaan Efek Gelap Bergentayangan
Fokus

Awas, Perusahaan Efek Gelap Bergentayangan

Perusahaan-perusahaan efek gelap saat ini disinyalir bergentayangan mencari korban di Indonesia. Biasanya, calon investor mudah terbuai bila dijanjikan mendapat keuntungan berlipat dalam waktu singkat. Padahal perusahaan tersebut diduga tidak memiliki ijin untuk berdagang efek dan turunannya di Indonesia serta memiliki direktur "siluman" yang tidak pernah diketahui keberadaannya. Kelemahan penegakan hukum Undang-Undang Pasar Modal?

Leo/Ari/Amr/APr
Bacaan 2 Menit
Awas, Perusahaan Efek Gelap Bergentayangan
Hukumonline

Hati-hatilah bila Anda ditawari suatu produk yang memperdagangkan indeks saham di luar negeri yang katanya merupakan alternatif investasi yang menguntungkan. Biasanya dengan menginjeksikan dana cukup dengan puluhan juta rupiah, investor dijanjikan akan memperoleh keuntungan besar dalam waktu relatif singkat. Dengan trik pemasaran yang memikat plus hitung-hitungan di atas kertas yang meyakinkan, calon investor biasanya gampang tergiur.

Banyak orang yang tidak sadar bahwa keputusan untuk berinvestasi lewat perdagangan indeks saham di luar negeri (biasanya di Hongkong dan Jepang), bisa menjadi awal petaka finansial bagi investor.

Bukan tidak mungkin dalam hitungan hari atau minggu, dana yang ia investasikan akan berkurang drastis atau bahkan hilang sama sekali. Selain karena ketidaktelitian dan ketidakpahaman investor yang bersangkutan, bisa jadi kerugian itu disebabkan ulah nakal perusahaan tempat dana tersebut ditanamkan.

Praktek busuk

Sumber hukumonline di sebuah perusahaan efek menceritakan, bagaimana busuknya praktek-praktek perusahaan efek gelap dalam menjalankan bisnisnya di Indonesia. Bahkan, ia setengah bercanda dan berani bertaruh bahwa motto perusahaan tersebut lebih kurang: "Investor untung perusahaan untung, investor rugi perusahaan tetap untung".

Ia mengisahkan, sebut saja Gunawan, yang "setengah terpaksa" menginvestasikan dananya di PT M, sebuah perusahaan sekuritas di bilangan Kuningan, pusat bisnis Jakarta. Suatu hari, Gunawan didekati oleh seorang tenaga pemasaran dari perusahaan tersebut untuk menginvestasikan dananya sebesar Rp60 juta dengan dijanjikan sejumlah keuntungan tentunya.

Awalnya, Gunawan menolak lantaran merasa tidak punya uang sebanyak itu. Namun, orang pemasaran tadi rupanya tidak kehilangan akal. Ia punya banyak akal untuk menjaret "investor potensial" yang mudah dibujuk. Ia berjanji untuk mencarikan investor lain untuk patungan dengan Gunawan.

Setelah diyakinkan ada investor lain yang bersedia patungan dengannya, Gunawan akhirnya bersedia menanamkan uangnya sebesar Rp30 juta dan berharap memperoleh keuntungan seperti yang dijanjikan.

Halaman Selanjutnya:
Tags: