Ini Dia Para Lawyer Penunggang Motor Gede
Berita

Ini Dia Para Lawyer Penunggang Motor Gede

Perlu ada alokasi anggaran tiap bulannya untuk keperluan motor.

Oleh:
RIA
Bacaan 2 Menit
Afeb saat beraksi dengan moge. Foto: Bali Harley Davidson Tours
Afeb saat beraksi dengan moge. Foto: Bali Harley Davidson Tours
Tanpa memandang latar belakang pendidikan dan profesi, hobi bisa jadi milik siapa saja. Bila selama ini lawyer lebih banyak yang terlihat mentereng dengan mobil yang dikendarainya  kemana-mana, ternyata ada juga loh lawyer-lawyer yang mengaku sebagai pencinta motor gede (moge).

Sebut saja lawyer ternama yang juga mantan pimpinan KPK Jilid II Chandra M Hamzah. Kepada hukumonline, Chandra mengaku sudah menyukai motor semenjak SMA. Begitu sukanya terhadap motor, saat Chandra belum cukup usia mengendarai motor sendiri karena belum memiliki SIM, ia sering membantu mencuci motor ayahnya.

“Semenjak SMA sebenarnya saya ingin mengendarai dalam usia yang lebih dini, tapi sama orang tua saya ngga boleh. Orang tua saya bilang kalau kamu sudah punya SIM. Nah jadi sebelum saya punya SIM, yang bisa saya lakukan adalah nyuci-nyuci motor aja,” kenangnya, Jumat (15/1).

Setelah memasuki usia 17 tahun pun, orang tuanya kembali menyaratkan apabila Chandra hendak mengambil surat izin untuk mengendarai motor, maka ia harus melalui semua ujian tanpa bantuan perantara. “Atau istilahnya nembak SIM,” cerita Chandra sore itu.

Motor pertama Chandra adalah motor 4 cycle engine (4 tak). Tapi ia enggan menyebutkan mereknya. Motor itu menjadi teman Chandra hingga ia lulus dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI). “Begitu selesai kuliah, kerja, abis itu punya penghasilan sendiri, akhirnya saya bisa beli motor (besar) sendiri,” ungkapnya.

Bagi pendiri Assegaf Hamzah & Partners ini, memiliki motor besar bukan tentang pamer di jalan atau gaya-gayaan. Tapi soal sensasi yang diberikan oleh motor pada saat dikendarai. “Dengan tenaga yang besar dan tingkat keamanan yang memadai, ada sensasi sendiri yang dirasakan,” ungkap pemilik motor bermerek Ducati ini.

Meski tak setiap hari, pria berdarah minang yang akan segera berulang tahun yang ke-49 pada bulan Februari mendatang ini masih mengendarai motornya ke kantor. “Ya sekali-sekali ke kantor masih pakai motor. Kemudian untuk mengantar anak pagi-pagi ke sekolah. Kalau saya abis sibuk gitu, anak saya suka minta, ‘anterin ke sekolah dong pake itu’,” ungkap Chandra.

Lawyer lain yang juga senang menunggangi motor besar adalah Adi Febrianto Sudrajat. Ditemui dalam kesempatan yang berbeda, founder Yara Sudrajat Law Associates ini bercerita kecintaannya pada motor sudah dimulai semenjak masih duduk di bangku SMP.

Sejak dulu, kata pria yang akrab disapa Afeb ini, ia sudah sering menonton Super Bike dan pasti datangi pameran motor untuk melihat-lihat. “Ngga ketinggalan juga saya langganan majalah yang bernuansa otomotif, khususnya motor,” tutur lulusan FHUI angkatan 2003 ini, Kamis (14/1).

Makanya begitu lulus kuliah dan sudah punya penghasilan sendiri, hobinya akan moge ini ia realisasikan ke dalam wujud motor dengan kapasitas mesin yang besar keluaran perusahaan Jepang yang dibelinya awal tahun 2010.

“Maklum impian dari kecil jadi pas uang cukup, ya saya langsung bawa pulang moge. Yaah walaupun teman-teman banyak yang bilang ‘kalo kehujanan basah lu, Broo’. Padahal ya di situ seninya, abis basah bisa kering kena angin dan hangatnya mesin,” cerita Afeb kepada hukumonline dengan senyum mengembang mengingat ocehan teman-temannya saat itu.

Anggota Dewan Ketua ILUNI FHUI ini tak pernah merogoh kocek di atas 500 juta rupiah untuk membeli motornya. “Mumpung masih muda, kalau sudah tua nikmatin moge kayaknya pegel ya. Lagipula pride buat saya itu adalah kalau masih bisa berkeringat. Di motor itu masih keringetan kita,” kata Afeb.

Ada beberapa tips Afeb dalam merawat motor besar. Pertama, saat membeli motor besar maka buku panduan wajib untuk dibaca. Kemudian pemilik wajib mengetahui spareparts motor yang harus diganti berkala, baik bulanan hingga tahunan.

“Semua harus terjadwal. Pengetahuan ini untuk mengantisipasi besarnya biaya yang harus dikeluarkan pemilik moge,” sebut Afeb.

Saat ditanya berapa besaran alokasi budget untuk hobi mogenya, ini jawaban Afeb, “biasanya per bulan saya sisihkan biaya sebesar lima persen dari harga jual motor, supaya kalau terjadi hal-hal yang harus keluar biaya besar, ya sudah dipersiapkan.”

Angka lima persen itu, lanjut Afeb, juga termasuk anggaran untuk perawatan hingga bayar pajak. “Alokasi juga diperlukan untuk perawatan, bayar pajak, juga untuk perhitungan penyusutan harga,” tutupnya.

Untuk diketahui Chandra dan Afeb tergabung dalam satu grup bernama Makara Rider, yang isinya adalah alumni UI yang mengendarai berbagai merek moge. Berdasarkan info dari Afeb, lawyer lain yang juga tergabung di dalam grup tersebut ada Mirza Khaidir dan Agus Abdul Aziz. Tak ketinggalan, lawyer perempuan juga ada yang punya hobi serupa. Dia adalah Tike Larasati
Tags:

Berita Terkait