Mandi Keringat di Badan Segala Urusan
LIPUTAN KHUSUS

Mandi Keringat di Badan Segala Urusan

Mulai dari pengawasan hakim, pengadilan dan mahkamah sampai banjir Ciliwung jadi urusan Badan Pengawasan Mahkamah Agung.

Oleh:
Tim Hukumonline
Bacaan 2 Menit
Mandi Keringat di Badan Segala Urusan
Hukumonline
Pikiran Nugroho Setiadji seperti terlempar ke sana ke mari. Ingatannya seperti berputar keras mengingat semua angka saat hukumonline menyambangi kantornya Badan Pengawasan di Gedung Bersama Satu Atap Mahkamah Agung, Jakarta Pusat, awal Agustus lalu.
Sesekali dia meminta maaf sembari terus mengingat agar akurat. “Maaf banyak sekali urusannya,” katanya sembari tersenyum.
Setidaknya, menurut Nugroho, Badan yang ia pimpin harus bisa memastikan seluruh peradilan dari Sabang sampai Merauke yang jumlahnya tak kurang dari 915 pengadilan, tujuh ribu hakim dan total keseluruhan antara hakim dan pegawai yang berjumlah sekira 40 ribu orang, bekerja dengan baik. “Kami semua cek kinerjanya,” katanya.
Apa yang dimaksud kinerja oleh Nugroho? “Semuanya,” katanya singkat sembari kembali terbahak. Mulai dari aspek pembinaan, pemeriksaan rutin, masalah keuangan sampai pengaduan. “Kami periksa kas misalnya, kami harus pastikan kesesuaian antara kas dengan catatan keuangannya, bahkan sampai rekeningnya, tapi tak hanya itu juga, ragam urusan lebih beragam jika dilihat dari pengaduan,” ujarnya.
Ragam pengaduan memang tak pernah bisa ditebak. Selalu ada yang baru dan khas jika ditilik dalam setiap aduan. Itu pengalaman Nugroho. “Mulai dari evaluasi putusan, kinerja, hingga kecurigaan dan perilaku hakim sampai ke urusan rumah tangga seperti selingkuh,” katanya.

Hukumonline.com
sumber: Laporan Tahunan Mahkamah Agung 2015

Padatnya jadwal tugas seorang hakim pengawas diamini oleh senior Nugroho yang juga merupakan Kepala Badan Pengawas MA pertama, Ansyahrul. Menurutnya badan pengawasan itu tak ubahnya seperti badan segala urusan. “Saya masih ingat kami itu kalau ada bencana alam juga jadi posko krisis,” katanya.
Ansyahrul ingat ia bersama tim sempat dibuat sangat sibuk ketika bencana Tsunami Aceh melanda Desember 2004 atau ketika gempa Yogyakarta 2006. Saat Tsunami Aceh melumat sebagian besar daratan Nangro, ia sedang di Jakarta. “Saya di SMS salah seorang staf pengadilan, ia melaporkan di dalam bangunan Pengadilan Negeri Banda Aceh, ratusan jenazah bergelimpingan,” katanya mengenang.
Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait