Terbiasa menjadi pemimpin, Siti Hartati Murdaya, tersangka suap KPK, membawa kebiasaan itu ke Pengadilan Tipikor Jakarta. Sikap itu dia tunjukkan saat menghadapi lima anak buahnya yang menjadi saksi Hartati sebagai terdakwa, di pengadilan, Kamis (6/12).
Kebiasaan yang dia bawa adalah, keharusan agar anak buahnya bersikap loyal pada dirinya, sebagai pemimpin perusahaan sekaligus pemilik.
Persidangan kali ini menghadirkan lima anak buah Hartati. Mereka semuanya adalah saksi. Kelima saksi tersebut adalah Corporate Treasury PT Central Cipta Murdaya (induk perusahaan PT Hartati Inti Plantation/HIP) Kirana Wijaya, Kasir HIP Ruth Arifiyani, Karyawan HIP Dede Kurniawan Wahyudi, serta Pegawai HIP urusan penggajian Bernhard Rudolf Paleta. Ditambah Serri Siritthorn, pegawai kebun HIP.
Dede menyatakan Hartati memang memberikan Rp1 miliar pada Bupati Buol saat kejadian penyuapan, Amran Abdullah Batalipu. Uang tersebut dia ketahui untuk biaya pengamanan kebun HIP di Buol. “Pak Arim (mantan Direktur CCM) yang memberitahu saya,” ujarnya.
Serri juga mengetahui perihal uang Rp1 M dengan penjelasan sama. Serri mengetahui ini karena rekening miliknya dipakai untuk menampung pemindahbukuan Rp1 M dari HIP di Jakarta. Sebelum akhirnya dicairkan General Manager HIP Yani Anshori untuk diserahkan ke Bupati Buol melalui Asisten I Pemkab Buol, Amrin Tagola.
Keterangan kedua anak buahnya itu tak dibantah terdakwa. Namun dia menyayangkan loyalitas keduanya terkait pemberian Rp2 M pada Bupati Buol.
Pasalnya, menurut Hartati dia tak tahu sama sekali tentang pemberian Rp2 M. Serri dan Dede yang mengetahui ini dan menurut Hartati cukup dekat dengannya tak memberikan laporan. “Kenapa tidak lapor saya, Serri juga bisa sampaikan ini melalui istri kamu pada saya,” ujar terdakwa.