Orang Hukum Memburu Kursi PSSI-1
Berita

Orang Hukum Memburu Kursi PSSI-1

Pemahaman dan penegakan aturan yang lemah turut berkontribusi menjadikan sepakbola nasional terpuruk.

Rzk/MVT
Bacaan 2 Menit

 

Nama berikutnya adalah Adhyaksa Dault. Seperti Japto, nama Adhyaksa kurang “identik” dengan dunia hukum. Dia sempat dikenal publik sebagai Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Lalu, pria kelahiran Donggala, Sulawesi Tengah ini juga sempat menjadi Ketua Umum Majelis Pemuda Indonesia. Ketika kuliah S-1 di Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Adhyaksa menjadi ketua senat mahasiswa serta didaulat menjadi Ketua Ikatan Senat Mahasiswa Hukum Indonesia wilayah DKI Jakarta. Di dunia advokat, Adhyaksa pernah menjadi Ketua Umum Ikatan Penasihat Hukum Indonesia.

 

Nama Adhyaksa mulai “mentereng” ketika terjun ke dunia politik dengan gerbong Partai Keadilan Sejahtera. Di era Pemerintahan SBY Jilid I, Adhyaksa menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga. Jabatan Menteri mulus dijalankan Adhyaksa sampai Pemerintahan SBY Jilid I berakhir. Memasuki Jilid II, SBY mengganti Adhyaksa dengan Andi Mallarangeng yang berasal dari Partai Demokrat. Sayangnya, langkah Adhyaksa bertarung di pemilihan Ketua Umum PSSI terhenti. Dia baru saja menyatakan mundur dari ajang pemilihan.

 

Lalu, ada nama Indra Muchlis Bin Adnan. Seperti, Adhyaksa, Indra lebih dikenal di panggung politik ketimbang dunia hukum. Dia sempat menjadi Bupati Indragiri Hilir, Riau. Indra juga tercatat sebagai pengurus Partai Golkar untuk wilayah Provinsi Riau. Di dunia sepakbola nasional, Indra menjadi Ketua PSSI Pengprov Riau. Dia bahkan ditunjuk PSSI sebagai Ketua Panitia Kongres PSSI di Riau yang berakhir ricuh. Dari kongres itu pula Indra akhirnya membentuk Forum Pemilik Suara PSSI.

 

Nama terakhir adalah Sarman el Hakim. Dia adalah Ketua Umum Masyarakat Sepakbola Indonesia (MSBI). Melalui organisasi ini, Sarman giat mengkampanyekan pencalonan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022. Dalam rangka kampanye itu, Sarman bersama MSBI bahkan sempat ke Afrika Selatan bertepatan dengan penyelenggaraan Piala Konfederasi.

 

Aktivitas Sarman di dunia sepakbola banyak dilakukan ketika masih kuliah. Pria kelahiran 26 April 1966 ini sempat kuliah di beberapa kampus. Dia meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Pancasila. Lalu, Sarman juga mengambil program Diploma di Fakultas Sastra UI jurusan Sastra Jepang. Tidak berhenti di situ, Sarman lalu mengambil program ekstension pada Fakultas Hukum UI, dan hingga kini belum rampung. Sarman juga sempat merantau ke Negeri Kangguru untuk studi.

 

Ketika mahasiswa, Sarman aktif di organisasi sepakbola kampus. Dia sempat menjadi Ketua Unit Kegiatan Olahraga UI cabang Sepakbola. Di era itu, dia berhasil mendatangkan Tim Sepakbola Sarajevo FC untuk bertanding di Stadion UI. Kecintaannya terhadap sepakbola juga diwujudkan dengan membeli sebuah klub di Divisi Utama Persija Selatan, dan kemudian mengganti nama klub tersebut menjadi UI Footbal Club.

 

Kepada hukumonline, Sarman mengaku masih memiliki mimpi Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia. Walaupun resmi dinyatakan gagal untuk Piala Dunia 2022, menurut Sarman, Indonesia harus terus berjuang menjadi tuan rumah. Dalam pandangannya, menjadi tuan rumah even besar seperti Piala Dunia bisa menjadi gerbang meraih prestasi sepakbola nasional.

Tags: