Akil Merasa Bodoh Bisa Dimaanfatkan Muhtar Ependy
Berita

Akil Merasa Bodoh Bisa Dimaanfatkan Muhtar Ependy

Sampai mati pun Akil mengatakan tidak pernah menerima uang.

NOV
Bacaan 2 Menit
Mantan Ketua MK Akil Mochtar. Foto: RES.
Mantan Ketua MK Akil Mochtar. Foto: RES.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) M Akil Mochtar merasa telah melakukan kebodohan karena bisa dimanfaatkan pemilik PT Promic Internasional Muhtar Ependy. Ia mengatakan, dengan modal foto bersama di ruang Ketua MK, Muhtar menjual namanya untuk menangguk keuntungan dari pihak berperkara di MK.

“Itulah saya bilang, artinya kebodohan terjadi antara saya dan bapak (Romi Herton). Bapak juga mau memberikan uang,” kata Akil saat diperiksa sebagai saksi dalam sidang perkara korupsi Walikota Palembang non aktif Romi Herton dan istrinya, Masyito di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (15/1).

Mendengar ucapan itu, sontak Romi memotong pernyataan Akil. Ia tidak terima disebut bodoh oleh Akil. Selain itu, faktanya bukan Romi yang memberikan uang kepada Muhtar, melainkan istrinya, Masyito. “Saya tidak bodoh pak. Saya tidak memberikan uang. Yang terpancing istri saya,” ujarnya.

Akil menegaskan ia tidak mengenal Muhtar. Ia bahkan emosi ketika disebut-sebut memiliki kedekatan dengan Muhtar. Pasalnya, Akil hanya mengetahui Muhtar sebagai pemilik perusahaan yang menjadi penyedia alat peraga saat ia mencalonkan diri sebagai Gubernur Kalimantan Barat tahun 2010.

Ketika itu, Akil sama sekali tidak pernah bertemu Muhtar. Akil menyerahkan urusan alat peraga kampanye kepada tim suksesnya. Namun, tiba-tiba pada Mei 2013, Muhtar menyambangi Akil di MK untuk bersilaturahmi sekaligus memberikan selamat kepada Akil yang terpilih sebagai Ketua MK.

Selain silaturahmi, Muhtar yang datang bersama seorang temannya ingin menagih sisa pembayaran alat peraga kampanye Akil di tahun 2010. Lalu, di sela pertemuan, Muhtar menyempatkan diri untuk mengambil foto bersama Akil. Ada pula foto Muhtar yang sedang duduk di kursi ruang kerja Ketua MK.

Akil mengatakan dirinya tidak bisa menolak keinginan Muhtar untuk berfoto. Ia mengaku bukan Muhtar saja yang pernah berfoto di ruang kerjanya. Beberapa tamu lain yang pernah datang ke ruang kerjanya juga kerap mengambil foto. Oleh karena itu, Akil menganggap tidak ada yang istimewa dengan foto tersebut.  

“Asal tahu saja, kalau bapak ingin membuktikan persepsi hubungan saya sama dia (Muhtar), saya ditipu juga sama dia. Dia melakukan pemerasan minta uang kemana-mana dengan menjual nama saya. Saya sebenarnya korban. Dia memanfaatkan foto, telepon, dan segala macam,” terangnya.

Akil menilai permintaan uang kepada Romi tidak masuk akal. Pasalnya, ketika lima kotak suara dihitung ulang dalam sidang sengketa Pilkada Palembang yang terbuka untuk umum, Romi terbukti menang dari pasangan Sarimuda-Nelly Rasdiana. Romi unggul 23 suara dari pasangan Sarimuda-Nelly.

Atas dasar itu, MK memenangkan Romi. Begitu pula dengan sengketa Pilkada Empat Lawang. Akil mengungkapkan, ketika 26 kotak suara dihitung ulang, pasangan calon Bupati Empat Lawang Budi Antoni Aljufri-Syahril Hanafiah unggul dari pasangan Joncik Muhammad-Ali Halimi.

Adapun transfer uang dari Muhtar ke rekening CV Ratu Samagat milik istri Akil, menurut Akil, tidak ada kaitan dengan dirinya. Ia mengungkapkan, transfer uang itu untuk pembayaran alat berat yang disewakan perusahaan istrinya untuk pembuatan kolam arwana milik Muhtar di Kapuas Hulu.

Akil menyebutkan, berdasarkan dokumen kontrak CV Ratu Samagat dan Muhtar pada 10 Mei 2012, CV Ratu Samagat memiliki hubungan bisnis dengan Muhtar dalam pembuatan kolam ikan arwana sebanyak 10 kolam, pagar keliling, pipa paralon, gudang penetasan ikan arwana, dan akuarium dengan total nilai kontrak Rp3,89 miliar.

Jadi, Akil membantah bahwa pentransferan uang ke CV Ratu Samagat itu terkait pengurusan sengketa Pilkada Palembang. Ia juga membantah telah menerima uang melalui Muhtar. Ia menduga foto-foto yang diambil Muhtar di ruang kerjanya telah dimanfaatkan untuk meminta uang kepada Romi.

Saking kesalnya kepada Muhtar, Akil bahkan hampir “mendamprat” Muhtar rekonstruksi di ruang kerja Akil. Akil menceritakan, rekonstruksi tersebut sempat ricuh karena ia sempat ingin melakukan sesuatu kepada Muhtar. Akhirnya, dalam rekonstruksi, Akil dan Muhtar digantikan oleh penyidik KPK.

Dengan demikian, Akil menegaskan ia tidak pernah menerima uang dari Romi. “Sampai matipun saya mengatakan saya tidak pernah menerima uang dan saya tidak pernah menyuruh (Muhtar) minta uang. Lebih-lebih lagi bukan hanya Pilkada Palembang, tapi juga Empat Lawang,” tuturnya

Saat dimintai tanggapan mengenai kesaksian Akil, Romi dan Masyito tidak berkomentar. Namun, Romi sempat bersorak kepada pendukungnya kalau kemenangannya dalam sengketa Pilkada di MK bukan karena permainan uang. “Kita memang menang,” ucapnya kepada pendukungnya.
Tags:

Berita Terkait