Artidjo Alkostar di Mata Kolega
Utama

Artidjo Alkostar di Mata Kolega

Seorang hakim yang sederhana, tegas, adil, berintegritas tinggi, jiwanya hanya ada ‘hitam dan putih’, dan layak menjadi teladan bagi hakim lain.

Oleh:
Aida Mardatillah
Bacaan 2 Menit

 

Mantan Ketua MA, Bagir Manan menilai Artidjo merupakan seorang sosok praktisi sekaligus akademisi (teoritis). Menurutnya, penggabungan dua keahlian ini modal sangat bagus untuk seorang hakim agung. Sebab, tidak semua hakim agung memiliki modal tersebut. Di mata Bagir yang menjadi Ketua MA saat Artidjo baru mengawali kariernya sebagai hakim agung, Artidjo dikenal baik dan serius dalam bekerja.

 

Bagir melihat Artidjo orangnya pendiam dan berbicara hanya seperlunya saja. Ketika duduk bersama, Artidjo lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. “Terkadang ia juga bisa tertawa terbahak-bahak, tergantung siapa yang mengajak bicara. Dan saya yang sering menganggu dia,” kata Bagir.

 

Saat masih menjadi hakim agung, Bagir mengaku sering berdiskusi dan berkomunikasi dengan Artidjo terutama menyangkut masalah hukum pidana. “Usia 70 Tahun bukan berarti tidak beraktivitas, saya berharap setelah purnabakti, Artidjo mau menghabiskan waktu di kampus dan memberi bantuan hukum secara sosial,” harap Bagir yang pensiun menjadi hakim agung pada 2008 lalu.

 

Wakil Ketua KPK, Laode Muhammad Syarif mengatakan susah mencari sosok teladan seperti Artidjo Alkostar. Baginya, keberadaan sosok Artidjo membuat rasa kepercayaan publik kepada institusi MA semakin meningkat. “Putusan-putusan hukuman berat Artidjo bagi para koruptor memberi ‘kesejukan’ bagi masyarakat. Ia penegak hukum yang berkarakter,” sebutnya.

 

Laode yang sering berinteraksi saat menyusun Peraturan MA tentang Tanggung Jawab Pidana Korporasi mengungkapkan di kalangan para aktivis, Artidjo sosok yang ditokohkan lantaran keteguhan menjalani profesinya. “Dalam jiwanya hanya ada ‘hitam dan putih’. Artinya kalau benar ya benar, kalau salah ya salah. Artidjo tidak pernah menjadi orang yang abu-abu,” kesan Laode.

 

Jaksa Agung, HM Prasetyo mengaku tidak mengenal secara dekat sosok Artidjo. Namun, dirinya sering mendengar cerita sosok ketegasan dan kesederhanaan seorang Artidjo. “Artidjo itu kan kawan dekat mantan Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh. Artidjo mungkin paling sederhana dibanding para hakim agung lain yang saya kenal,” kata Prasetyo.

 

Dia berharap setelah pensiun, Artidjo tetap konsisten dengan nilai kesederhanaan, pandangannya terhadap nilai keadilan, kebenaran, ketegasan yang menjadi ciri khasnya. “Selamat menikmati masa-masa bersama keluarga dengan penuh ketentraman dan kedamaian, tanpa terbebani tugas-tugas yang mungkin masih belum semua terselesaikan,” ujar Prasetyo memberi semangat.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait