Begini Metode Penilaian Anugerah MA Tahun 2022
HUT MA ke-77

Begini Metode Penilaian Anugerah MA Tahun 2022

Terdapat dua metode yang dipergunakan dalam penilaian Anugerah MA 2022 yakni kuantitatif dan kualitatif. Metode yang digunakan dengn dua jenis data yang terdiri atas data primer dan data sekunder.

Ferinda K Fachri
Bacaan 4 Menit
Begini Metode Penilaian Anugerah MA Tahun 2022
Hukumonline

Pemenang atau Penerima Anugerah Mahkamah Agung (MA) Tahun 2022 akan segera diumumkan pada perayaan Hari Ulang Tahun Mahkamah Agung (HUT MA) ke-77 di Gedung MA pada 19 Agustus 2022. Terdapat 5 kategori besar dalam Anugerah MA Tahun 2022 ini yakni Gugatan Sederhana, Mediasi, Pelaksanaan Peradilan Elektronik (E-Litigation), Kinerja Layanan Eksekusi, dan Keterbukaan Informasi di Pengadilan. Termasuk memberi penghargaan khusus kepada Pengadilan Tinggi terbaik yang melaksanakan fungsi pembinaan dengan jumlah satker (pengadilan) nominasi terbanyak.

Namun, hal terpenting ada tiga kategori besar penghargaan dalam Anugerah MA Tahun 2022 ini sama seperti tahun sebelumnya yakni pelaksanaan Gugatan Sederhana (GS), dan Mediasi, dan Peradilan Elektronik (E-Litigasi) baik dari sisi pengadilan, pengguna dari kalangan advokat ataupun hakim mediator. Seperti tahun-tahun sebelumnya, gelaran Anugerah MA tahun ini merupakan kerja sama Mahkamah Agung (MA) bersama Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Hukumonline.

Research & Awards Manager Hukumonline Katon Baskoro menjelaskan dua metode yang dipergunakan dalam metode penilaian Anugerah MA Tahun 2022 ialah kuantitatif dan kualitatif. Kedua metode yang dilakukan menggunakan dua jenis data yang terdiri atas data primer dan data sekunder. Pada prinsipnya, penilaian anugerah MA tahun ini sama dengan tahun sebelumnya yakni melalui dua tahap perhitungan yang masing-masing memiliki persentase 60% untuk data sekunder dan 40% data primer.

Baca Juga:

Terdapat sejumlah indikator yang kompleks dalam perhitungan secara kuantitatif (data sekunder), sehingga pemeringkatan ini tidak hanya dilihat melalui jumlah perkara di setiap pengadilan. Setiap kategori, kata Katon, memiliki beberapa indikator yang sudah memiliki bobot atau persentase masing-masing. Untuk data primer, dilakukan melalui penyebaran kuesioner yang diberikan kepada 20 pengadilan teratas dari hasil perhitungan data sekunder.

“Secara keseluruhan akan diambil 10 pengadilan tertinggi berdasarkan pada akumulasi nilai,” kata dia.

Untuk kriteria penilaian dari perspektif pengadilan pada kategori Gugatan Sederhana, misalnya, terdapat sejumlah indikator yang memiliki bobot berbeda satu sama lain. Sebut saja prosentase perkara; prosentase penyelesaian perkara; waktu penyelesaian GS putus; dan prosentase penyelesaian perkara GS damai.

Berbeda halnya dengan kriteria penilaian perspektif pengguna advokat Gugatan Sederhana terbanyak (melalui SIPP dan E-Court); prosentase putusan damai dan tidak damai per advokat; serta prosentase putusan keberatan dan tidak per advokat.

Tags:

Berita Terkait