Bersahabat dengan Kemajuan Teknologi Menjadi Kunci Masa Depan bagi Luciana
Hukumonline's NeXGen Lawyers 2023

Bersahabat dengan Kemajuan Teknologi Menjadi Kunci Masa Depan bagi Luciana

Menurut Luciana, menjadi tech-savvy bukan hanya sekadar mampu menggunakan komputer atau gadget lainnya, tapi juga mengombinasikan semua teknologi yang ada untuk meningkatkan produktivitas semaksimal mungkin

Tim Hukumonline
Bacaan 5 Menit
Foto: Luciana Fransiska, IM and Partners in association with Nagashima Ohno & Tsunematsu
Foto: Luciana Fransiska, IM and Partners in association with Nagashima Ohno & Tsunematsu

Sebagai seorang perempuan yang telah memiliki pengalaman delapan tahun bekerja sebagai corporate lawyer di Indonesia dan satu tahun sebagai foreign attorney di Singapura, Luciana mengakui bahwa dirinya senantiasa dihadapkan dengan tantangan dari berbagai aspek untuk dapat memberikan layanan hukum terbaik bagi para klien. Apalagi semenjak bekerja di kantor hukum IM & Partners, afiliasi dari Nagashima Ohno & Tsunematsu, salah satu firma hukum Jepang terbaik yang berekspansi membuka kantornya di Jakarta sejak bulan Februari 2023, Luciana mengatakan bahwa exposure dan kesempatan untuk mewakili klien asing yang berada di berbagai belahan dunia menjadi semakin besar.

Dalam memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh klien melalui kerjasama yang erat dengan firma hukum Nagashima Ohno & Tsunematsu, terutama kantor regional di Singapura dan kantor pusat yang berbasis di Tokyo, lawyers yang bekerja di kantor hukum IM & Partners dituntut untuk dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Hal ini membuat dirinya tidak dapat lepas dari peran kemajuan teknologi. 

Bagi Luciana, seorang lawyer perempuan haruslah bersahabat dengan kemajuan teknologi karena penggunaan teknologi merupakan aspek yang tidak terpisahkan dari praktik hukum saat ini, termasuk di Indonesia. Sebagai contoh, dirinya dituntut untuk dapat melakukan pekerjaan, baik itu advis maupun transaksi hukum tanpa dibatasi ruang dan waktu melalui penggunaan berbagai macam aplikasi dan platform digital.

Luciana merasa sangat beruntung memiliki kesempatan untuk berkarir di IM & Partners yang dapat menyediakan infrastruktur memadai serta bimbingan dari high-qualified partner dan counsel sehingga ia memperoleh akses yang lebih baik dalam memanfaatkan teknologi untuk melakukan pekerjaannya sehari-hari. Selain itu, lingkungan kerja yang kondusif di IM & Partners juga turut mendukung Luciana untuk terus belajar dan memperbaharui dirinya dengan perkembangan teknologi masa kini.

Ketertarikan Luciana terhadap perkembangan teknologi pertama kalinya muncul saat dirinya menempuh studi S2 hukum di Tilburg University, Belanda, pada tahun 2019-2020, yang didanai secara penuh oleh Studeren in Nederland (StuNed) Scholarship dari pemerintah Belanda. Luciana mengatakan bahwa pada saat itu, di tengah munculnya Covid-19, aktivitas pembelajaran tatap muka di seluruh wilayah negara Belanda terpaksa harus diubah menjadi online distance learning. Setengah periode dari masa studinya pun akhirnya dihabiskan dengan mengikuti proses pembelajaran secara online dari student housing yang ditinggalinya di Belanda. Ini adalah turning point dimana Luciana melihat peran signifikan kecanggihan teknologi dalam kehidupan manusia, terutama di bidang pendidikan.

Para profesor dan tenaga pengajar memasukkan serta menerapkan pembelajaran mengenai legal tech, artificial intelligence dan blockchain technology secara langsung ke dalam kurikulum Tilburg Law School pada saat itu. Mereka mengimbau dan mendorong mahasiswa hukum yang datang dari berbagai negara dan latar belakang sistem hukum yang berbeda untuk terus melakukan riset, belajar dan memperluas pengetahuan serta kemampuan mengenai kemajuan teknologi tersebut, yang dipercaya dapat membuat industri hukum menjadi terdisrupsi.  Mereka ingin agar para pelajar siap kembali terjun berpraktik ke dunia hukum nantinya dan telah dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk bekerja secara efektif dengan kecanggihan teknologi tersebut.

Datang sebagai pelajar dan berbekal pengalaman kerja sebagai lawyer perempuan, Luciana sempat merasa canggung dan mengalami kesulitan pada awalnya. Sebab, teknologi tersebut jarang ia dengar dan bahkan belum diterapkan secara luas di Indonesia pada saat itu.  Bahkan sempat terbersit di pikirannya bahwa bidang teknologi informasi ini dalam praktiknya lebih banyak ditekuni oleh mayoritas laki-laki dibandingkan perempuan.

Namun, dengan dorongan dari profesor pembimbing dan seluruh tenaga pengajar, rasa ingin tahu dan ketertarikan Luciana terhadap perkembangan teknologi tersebut justru menjadi semakin besar. Bahkan akhirnya, hal tersebut memotivasi dirinya untuk melakukan penelitian dan menulis master thesis yang berjudul,Legal Implications of Smart Contract in the Context of Smart City: A Substantive Analysis on the Use of Blockchain-Based Smart Contract for Smart Parking in Jakarta Smart City.” Ia pun berhasil lulus dan mendapatkan gelar Lex Legibus Magister (LL.M) dari program International Business Law dengan predikat “Distinction” lewat penulisan master thesis ini.

Melalui proses pembelajaran tersebut, Luciana mempercayai bahwa blockchain,kecerdasan artifisial, dan aneka ragam kemajuan teknologi yang dipercaya dapat menggantikan profesi hukum di masa depan, sudah seharusnya menjadi motivasi bagi para lawyer, terutamaperempuan, untuk dapat terus beradaptasi, membenahi dan membekali diri lebih baik lagi.

Jadi, tidak perlu takut atau malah menjadikan kemajuan teknologi sebagai musuh. Banyak pengetahuan dari sisi teknis yang harus dipelajari oleh seorang lawyer, terutama hal-hal teknis yang umumnya dikuasai oleh praktisi teknologi. Pemahaman yang baik akan suatu teknologi, diyakini Luciana dapat dijadikan alat bagi lawyer untuk dapat memberikan layanan hukum terbaik. 

“There’s no escape from legal tech, artificial intelligence, and blockchain technology. Lawyers must be prepared,” kata Luciana. Alih-alih menggantikan posisi lawyer, Luciana percaya bahwa  kemajuan teknologi harus dipandang sebagai tantangan bagi para lawyer perempuan untuk terus  mengasah keterampilan dan keahlian agar dapat terus berpraktik di dunia hukum, terutama  di era disrupsi ini. Seorang lawyer, harus dapat beradaptasi dan belajar memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada sehingga bisa menjadi garda terdepan dalam evolusi, terutama teknologi Artificial Intellegince (AI).

Ia pun memberikan contoh. Dengan hadirnya teknologi blockchain-based smart contract, lawyer di masa depan ditantang untuk memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai coding serta bisa bekerja sama dengan programmer. Dalam hal ini, programmer akan berpikir dari perspektif teknologi. Sementara itu, lawyer akan memikirkan legalitas dan juga memberikan nasihat hukum terkait kasus atau kesepakatan hukum yang disusun dalam kontrak tersebut. 

Dikaitkan dengan AI, Luciana sendiri percaya bahwa AI tidak sepenuhnya humanis. Ada beberapa aspek dalam diri seorang lawyer yang tidak dapat dihadirkan atau digantikan oleh AI, contohnya akal budi, pemikiran kritis, kreativitas, kenyamanan dan karakter profesionalitas yang diberikan seorang lawyer kepada klien dalam pekerjaan mereka. Baginya, AI dapat membantu mendukung, mengoptimalkan dan menambah nilai dari pekerjaan yang dilakukan oleh lawyer, bukan untuk mencuri pekerjaan lawyer. Ketakutan akan AI justru akan menghambat lawyer dan firma hukum untuk dapat membantu memberikan pelayanan yang lebih baik kepada klien

Bagi Luciana, seorang lawyer perempuan harus responsif terhadap kemajuan teknologi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara beradaptasi dengan kemajuan teknologi digital dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari di firma hukum dan menjadi seorang tech-savvy lawyer. “Menjadi tech-savvy bukan hanya sekadar mampu menggunakan komputer atau gadget lainnya, tapi juga mengombinasikan semua teknologi yang ada untuk meningkatkan produktivitas semaksimal mungkin” ujarnya.

Kembali ke dunia lawyering seusai studi S2, Luciana terus memperluas pengetahuan dan mengembangkan minatnya dengan aktif menghadiri berbagai diskusi intelektual dan workshop yang diadakan oleh asosiasi blockchain baik di tingkat nasional maupun internasional. Selain itu, ia juga bergabung dengan Asosiasi Praktisi Pelindungan Data Indonesia (APPDI), yang menyediakan sarana untuk berkomunikasi serta berdiskusi dengan para praktisi dan pemangku kepentingan, dengan perhatian khusus serta minat terhadap bidang perlindungan data pribadi, khususnya dalam kaitannya dengan kemajuan teknologi. Ia juga aktif mewakili perusahaan berbasis teknologi dalam berbagai transaksi dan memberikan advis hukum dalam sektor Teknologi, Media dan Telekomunikasi (TMT) kepada klien-klien IM & Partners.

Seperti dinyatakan oleh Ichsan Montang, Partner pada IM & Partners “Dengan keluwesannya, saya melihat Luciana adalah seorang perempuan yang adaptif, tangguh dan percaya diri untuk mengembangkan karirnya sebagai seorang lawyer. Ia pun terus memperbaharui dirinya dengan perkembangan aktual di bidang hukum, termasuk teknologi hukum (legal tech)yang sangat berkembang seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi di masa kini. Kegigihannya untuk terus berkembang baik secara profesional sebagai lawyer dan secara personal dengan terus keep up dengan kemajuan teknologi, menjadikan Luciana sebagai figur yang tepat dalam merepresentasikan kegigihan Ibu Kartini di masanya dan sekaligus membuktikan bahwa lawyer perempuan dapat terus maju dan berkembang di era disrupsi ini.”

Tags: