Freddy Harris: Tak Aktif di Media Sosial, tapi Berinovasi Digital
Utama

Freddy Harris: Tak Aktif di Media Sosial, tapi Berinovasi Digital

Mengaku tak aktif di media sosial, tapi melakukan reformasi birokrasi lewat inovasi berbasis digital.

Oleh:
Fitri Novia Heriani
Bacaan 5 Menit

Sejak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim memberikan kebebasan perguruan tinggi untuk menentukan kurikulum, Freddy adalah salah satu pihak yang mengambil langkah cepat untuk melakukan perubahan tersebut.

Seperti apa inovasinya? Sebagai dekan, Freddy hanya mewajibkan mahasiswa untuk belajar hukum selama lima semester dengan jumlah kredit 3 untuk masing-masing mata kuliah. Hanya ada dua fokus pembelajaran yakni cyber law dan HKI. 

“Karena saya di sana dekan dan memang guru besar belum ada, jadi saya ubah kurikulumnya. Meraka hanya belajar hukum 5 semester dan semua kreditnya 3. Jadi enggak banyak pecahan mata kuliah yang enggak penting. Selama ini ‘kan banyak mata kuliah enggak penting yang dalam profesi dan implementasi tidak digunakan bahkan sampai 15 tahun. Dalam 5 semester itu hukum yang dipelajari terkait cyber law dan HKI.

Kemudian dua semester mahasiswa dipersilahkan untuk mengambil mata kuliah di luar FH sesuai minat di dua fakultas, yakni Fakultas Ekonomi dan Fakultas Ilmu Komputer. Lalu untuk semester delapan adalah magang dan tugas akhir.

Terkait tugas akhir, Freddy mengaku dirinya menghapus konsep skripsi dan mengganti dengan konsep jurnal. Dalam hal ini mahasiswa cukup menulis tugas akhir seperti jurnal yang kemudian jurnal tersebut bisa didaftarkan sebagai hak cipta.

“Selama ini nulis skripsi sampai 100 halaman, tapi tidak pernah dibaca, isinya 100 ya cuma memenuhi formalitas. Dengan tugas akhir 15 halaman, 2 halaman pendahuluan, 11 halaman isi, dan dua halaman kesimpulan dan daftar Pustaka, mahasiswa bisa menuangkan ide. Misalnya UU ITE salah, lalu apa yang benar, jabarin. Dan dengan jurnal itu daftarkan di hak cipta, mahasiswa akan dapat ijazah S1, sertifikat kempetensi dan setifikat HKI, dan mudah-mudahan ini bisa berjalan dengan baik,” papar pria kelahiran 1966 ini.

Di era serba digital dan hukum yang terus bergerak dinamis, Freddy menilai seorang sarjana hukum tidak bisa hanya mengusai satu bidang saja. Jika tak ingin tergerus zaman, seseorang harus bisa menjadi spesialis dan berbeda. “Saya pesannya kemajuan bisa dicapai dengan hanya perubahan dan perubahan mindset harus dilakukan. Kalau tidak, kita tidak akan bisa merubah apa-apa,” tandasnya.

Tags:

Berita Terkait