Ida Fauziyah: Legislator yang Penyabar
Edsus Akhir Tahun 2010:

Ida Fauziyah: Legislator yang Penyabar

Tidak mudah menyatukan pandangan dalam berlegislasi. Dibutuhkan kesabaran untuk memahami satu sama lain.

Yoz
Bacaan 2 Menit

 

“Jika melakukan hanya fungsi pengawasan, itu hal yang mudah karena tidak terikat dengan waktu yang lama. Tapi kalau berlegislasi, kita perlu kesabaran dan itu menjadi tantangan tersendiri bagi saya,” ujar alumnus Fakultas Syariah di salah satu Institut Agama Islam Negeri (IAIN).

 

Kesabaran Ida terkadang diuji dengan adanya pihak yang menguji materi sebuah undang-undang ke Mahkamah Konstitusi (MK). Tak sungkan, ia mengaku kesal dengan langkah tersebut. Alasannya, ya apalagi, kalau bukan rasa lelah bersama rekan-rekannya di Baleg dalam membuat undang-undang yang kenyataannya malah diuji materi. Namun, ia menyadari hal itu sudah menjadi hak rakyat dan diatur dalam UU yang juga dibuat oleh Baleg.

    

“Aneh rasanya sebuah UU yang dibahas oleh satu pansus yang jumlahnya mencapai 50 orang, kemudian diputuskan di paripurna yang jumlahnya ratusan orang, lalu hanya dibatalkan oleh 9 orang hakim,” katanya berkelakar.

 

Ke depan, Ida berharap, Baleg bisa menjadi lead dalam melakukan fungsi legislasi. Untuk mencapai tujuan itu, tentunya itu harus ditopang oleh sistem dan kemauan kuat dari anggotanya. Menurut Ida, saat ini Baleg sedang berjalan ke arah sana. Hal itu dikarenakan adanya dukungan dari sistem, anggaran, dan aturan main seperti tata tertib dan undang-undang.

 

“Saya pikir tidak lama lagi kita sangat kuat di bidang legislasi. Kalau perlu law center peundang-undangan ada di DPR,” ucapnya optimis.

 

Pernah Menjadi Guru

Ida tidak hanya aktif di DPR. Ibu dari Syibly Adam Firmanda dan Adil Haq Firmanda ini juga aktif berorganisasi. Malah bisa dikatakan, karir politiknya diawali dari berorganisasi. Di PKB, misalnya. Keaktifan Ida di partai ini dimulai dengan masuk ke Biro Pemuda DPW PKB Jawa Timur. Lalu, ketika PKB membentuk organisasi perempuan, yaitu Pergerakan Perempuan Kebangkitan Bangsa (PPKB), jabatan sekretaris DPW PPKB Jawa Timur pun disandangnya (1998).

 

Banyak persoalan krusial kebangsaan yang saat itu tengah hangat dibahas di DPR tak luput dari sorotannya, khususnya soal nasib kaum perempuan. Lantaran kepeduliannya kepada nasib perempuan, Ida diberi amanat sebagai Sekretaris Umum PPKB pada tahun 1999. Dengan keaktifan dan kecerdasannya, pada tahun itu, Ida menerima tawaran menjadi caleg DPR dan kemudian duduk di Senayan.

Halaman Selanjutnya:
Tags: