Ida Fauziyah: Legislator yang Penyabar
Edsus Akhir Tahun 2010:

Ida Fauziyah: Legislator yang Penyabar

Tidak mudah menyatukan pandangan dalam berlegislasi. Dibutuhkan kesabaran untuk memahami satu sama lain.

Yoz
Bacaan 2 Menit

 

Tahun 2002, jabatan Ida sebagai Sekretaris DPW PPKB berakhir. Namun, ia kembali mendapat kepercayaan lebih, yakni memimpin Dewan Pengurus Pusat PPKB periode 2002-2007. Di lingkungan DPR sendiri, ia turut mendirikan Forum Parlemen untuk Kependudukan dan Pembangunan pada tahun 2001. Ia juga ikut mendirikan Kaukus Perempuan Parlemen dan ditunjuk mewakili Fraksi PKB menjadi salah satu Ketua Kaukus periode 2001-2004.

 

Sejak mengawali karir politiknya di DPR, Ida tak hanya dipercaya partainya menjadi bagian dari Baleg. Di telah beberapa kali dilibatkan dalam panitia kerja dan panitia khusus (Pansus) berbagai RUU. Ia pernah terlibat dalam Pansus Pertanahan, Panitia Anggaran, Pansus Perubahan RUU Otonomi Daerah, Pansus Bangka Belitung, Pansus RUU PPK-PPHI.

 

Kemudian dia terlibat dalam Pansus Perlindungan Anak, Pansus RUU Kewarganegaraan, RUU Pemerintahan Daerah dan Perubahannya, RUU Pemekaran, RUU Adminduk, Pansus RUU Pemerintahan Aceh, Pansus RUU Parpol, RUU Susduk, RUU Pelayanan Publik dan lain-lain. Namun, yang monumental adalah keterlibatannya dalam perumusan UU Pemilu.

 

Soal prestasi, Ida tidak mau sesumbar. Hal itu terlihat jelas ketika ditanya apa saja keberhasilannya selama ini. “Soal itu biar orang lain yang menilai, saya tak mau jawab,” tuturnya merendah. Namun, berdasarkan pengamatan hukumonline di ruang kerjanya, banyak terpampang foto-foto Ida bersama pejabat di negeri ini. Salah satunya, Ida sedang berjabat tangan dengan mantan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati.  

 

Sebelum duduk di kursi parlemen, Ida pernah menjadi seorang guru. Ia sempat mengajar di MAPK Jombang (1994-1999), SMP YPN Sepanjang (1996-1998) dan SMU Khadijah Surabaya (1997-1999). Mungkin pengalaman menjadi guru inilah yang menjadi bekalnya untuk selalu bersikap sabar.

 

Keaktifan Ida tentunya telah mendapat dukungan dari anak dan suami. Baginya, doa keluarga, terutama dari sang suami, menjadi modal utama dalam bekerja. Ia juga tak sungkan mengaku kesulitan dalam mengatur waktu untuk kedua buah hatinya. Namun, ia memastikan selalu ada di samping anak-anaknya saat mereka tidur malam.

 

“Doa keluarga menjadi salah satu motivasi terbesar dalam karir saya,” kata pengagum mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur) ini.

Tags: