Dari puluhan ribu TKI di Kuwait, Anis mengatakan sudah banyak kisah tragis yang dialami TKI. Kasus terakhir menimpa seorang TKI asal Jawa Barat, Sariah. Anis menjelaskan, dari keterangan pihak Kuwait, wanita yang bekerja sebagai PRT itu tewas karena sakit.
Namun, setelah pihak keluarga bersama Migrant Care melakukan otopsi, dokter menyimpulkan terjadi kekerasan seksual. Ironisnya, sampai saat ini pemerintah tak melakukan upaya membantu korban dan keluarganya, padahal hasil otopsi itu sudah dilaporkan sejak tahun 2010.
Secara umum Anis melihat penting bagi kedua negara untuk membangun kerangka kerja bersama dalam rangka perlindungan dan penempatan TKI. Tapi dia menegaskan, pemerintah harus mengevaluasi kesepakatan yang selama ini sudah dijalin dengan Kuwait dalam rangka melindungi TKI.
Anis melihat sejak lama pemerintah punya MoU dengan Kuwait, tapi tak berjalan dengan baik. Bahkan alih-alih mewujudkan perlindungan, MoU itu dinilai merendahkan posisi TKI karena PRT disebut sebagai pelayan.
Sebelumnya, Menakertrans Muhaimin Iskandar mendesak agar pemerintah Kuwait meningkatkan perlindungan untuk TKI sektor PRT. Muhaimin berharap hal itu dapat dilakukan karena dia ingin Kuwait menjadi contoh negara penempatan TKI di kawasan Timur Tengah yang melakukan perlindungan maksimal kepada TKI.
Muhaimin mengutarakan hal itu setelah bertemu dengan Menteri Urusan Sosial Dan Tenaga Kerja Kuwait H.E. Madam Thikra Al Rashidi di Kuwait City, Kuwait pada Senin (11/3).
Muhaimin mengatakan, pemerintah Kuwait sudah melaksanakan sistem penempatan dan perlindungan TKI formal dengan baik, namun aspek perlindungan bagi TKI sektor domestik perlu ditingkatkan.