Khaerul Hidayat Tanjung: Usapan dan Suapan Cinta Melatih Anak Berakhlak Mulia
Father’s Day Series 2023

Khaerul Hidayat Tanjung: Usapan dan Suapan Cinta Melatih Anak Berakhlak Mulia

Seorang ayah seyogianya tidak hanya hadir secara fisik, namun utamanya memenuhi aspek batin/ruhaniah agar terbentuk chemistry yang baik dalam keluarga.

Oleh:
Tim Hukumonline
Bacaan 3 Menit
Khaerul Hidayat Tanjung: Usapan dan Suapan Cinta Melatih Anak Berakhlak Mulia
Hukumonline

Terlahir dari keluarga yang bersahaja, Khaerul Hidayat Tanjung yang kini menjabat Group Legal Head PT XL Axiata Tbk amat bersyukur atas didikan serta teladan dari sosok ayahnya. Sedari kecil, Khaerul dibiasakan untuk rajin mengaji dan belajar agama oleh sang ayah yang bekerja sebagai tukang pos sekaligus seorang qari.

Hingga sekarang telah berkeluarga dan memiliki empat orang anak, Khaerul masih sering ditanyai oleh ayahnya mengenai kedisiplinan mengamalkan ibadah shalat. Pentingnya akidah agama yang sejak dahulu diajarkan oleh sang ayah kini diteladani oleh Khaerul dalam membina keluarga dan mendidik empat anaknya.

Dengan kesibukan pekerjaan Khaerul yang kini telah menginjak waktu 18 tahun berprofesi hukum, ia senantiasa meluangkan waktu di pagi hari untuk menyiapkan baju shalat dan menyuapkan sarapan anak-anaknya. Dalam tiap usapan dan suapan itu Khaerul menyertakan doa dan selawat, agar anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang taat beragama.

Dengan segenap kesadaran bahwa segala sesuatunya adalah anugerah dari Tuhan, bagi Khaerul, sebagai seorang ayah setidaknya ia memiliki tiga misi dalam menjalankan perannya: 1) Menyempurnakan ikhtiar untuk memperbaiki diri sebagai figur teladan; 2) Menjalin komunikasi yang baik dengan istri sebagai pendamping dalam pengasuhan; dan 3) Memiliki waktu khusus untuk berinteraksi dengan anak-anak.

Hukumonline.com

Khaerul Hidayat Tanjung Bersama keluarga. Foto: Istimewa

Khaerul mengupayakan perbaikan dirinya sendiri sebagai ayah, dengan kesadaran penuh bahwa dirinya adalah suami, ayah, pemimpin keluarga dan bahkan juga pemimpin di kantor. Untuk itu, ia terus belajar agar dapat menjadi teladan.

“Ayah adalah nakhoda yang harus tenang dan fokus dalam segala cuaca. Tidak boleh kaleng-kaleng, harus bisa jadi sosok yang dibanggakan,” ujar Khaerul.

Kepada Hukumonline, Khaerul bercerita bahwa pada suatu waktu ia mendapati anaknya membawa sebuah penggaris milik teman sekolahnya. Ternyata, penggaris itu rusak dan karena sang putri ingat ayahnya pernah memperbaiki dan ia berniat membantu temannya untuk memperbaiki penggaris tersebut. Dari kejadian ini, Khaerul semakin yakin bahwa anak-anak tumbuh dengan melihat dan meniru perbuatan ayahnya, sehingga ia harus hati-hati dalam bersikap.

Tags:

Berita Terkait