Mendorong Pembentukan Panja Kasus Gagal Ginjal Akut
Terbaru

Mendorong Pembentukan Panja Kasus Gagal Ginjal Akut

Kemenkes dan BPOM agar tak saling lempar tanggung jawab.

Oleh:
Rofiq Hidayat
Bacaan 3 Menit

 “Temukan, jangan praduga, yang namanya obat-obatan itu enggak boleh diduga-duga, harus yakin,” kata dia lagi.

Terpisah, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo berpandangan, Kemenkes bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan para pakar untuk terus menganalisis secara rinci penyebab gangguan gagal ginjal akut pada anak. Menurutnya, analisis tersebut diperlukan agar dapat diketahui apakah ada faktor lain di luar obat yang mungkin jadi penyebab. Seperti infeksi, faktor lingkungan, maupun kebiasaan tertentu.

Dia meminta komitmen pemerintah agar dapat segera menyampaikan hasil penelitian dan penyelidikannya kepada masyarakat. Dengan begitu, dapat ditarik kesimpulan penyebab pasti gangguan ginjal akut pada anak agar para orang tua dapat lebih waspada dan dapat mengupayakan pencegahan anak terinfeksi penyakit tersebut.

“Meminta pemerintah untuk menjadikan tingginya kasus gangguan gagal ginjal akut ini sebagai salah satu concern utama pemerintah,” katanya.

Sebelumnya, Menkes Budi Gunadi Sadikin menyatakan ada 325 kasus gagal ginjal akut di seluruh Indonesia. Budi menerangkan kasus gagal ginjal akut paling tinggi ada di DKI Jakarta. Adapun dari 325 kasus yang melanda anak usia 0-5 tahun ini, 178 anak meninggal dunia. Data per 1 November 2022, ada 325 kasus gagal ginjal di seluruh Indonesia. DKI Jakarta sebagai kota yang paling tinggi untuk anak-anak yang terpapar gagal ginjal.

Budi mengklaim, kasus baru penyakit gagal ginjal akut maupun kematian yang dipicu akibat penyakit tersebut menurun. Sebab, adanya keputusan Kemenkes melarang penggunaan obat sirop ditambah pengobatan menggunakan Fomepizole. “Sesudah kita melakukan pelarangan obat sirop (18 Oktober 2022), jumlah kasusnya jika dihitung average 7 days sudah menurun drastis,” katanya.

Tags: