Merintis Langkah Dekarbonisasi Lewat Transisi Sektor Transportasi Berbasis Listrik
Berita

Merintis Langkah Dekarbonisasi Lewat Transisi Sektor Transportasi Berbasis Listrik

Efisiensi energi melalui pendekatan Avoid, Shift, dan Improve (ASI) yang sudah diadopsi pemerintah saat ini perlu diperkuat kembali.

Moch. Dani Pratama Huzaini
Bacaan 5 Menit

“Kami berharap laporan ini dapat memacu diskusi dan kajian yang lebih mendalam mengenai strategi dekarbonisasi dan peluang terbaik bagi Indonesia mewujudkan transportasi yang bebas emisi pada 2050,” ujar Fabby.

Di level global, pangsa BBM dalam bauran energi mengalami penurunan dari 96% menjadi 92% dalam dua dekade terakhir. Porsi BBM telah digantikan oleh bahan bakar nabati (BBN) dan hasil dari peningkatan efisiensi teknologi di kendaraan. Selain itu, adopsi teknologi lain juga diproyeksikan akan meningkat di tahun-tahun mendatang. Salah satu diantaranya adalah kendaraan bermotor listrik (KBL) yang digadang-gadang akan menggantikan mesin pembakaran internal (internal combustion engine– ICE).

Dalam laporan IESR disebutkan, sebagian besar produsen kendaraan bermotor telah bersiap dan mengantisipasi potensi disrupsi sektor ini dengan meningkatkan penelitian dan pengembangan kendaraan berbasi litrik (KBL) dan mulai meningkatkan produksi KBL.

Penulis laporan IESR ini, Julius Christian Adiatma, mengatakan bahwa untuk dapat mewujudkan sistem transportasi yang rendah karbon, efisiensi energi melalui pendekatan Avoid, Shift, dan Improve (ASI) yang sudah diadopsi pemerintah saat ini perlu diperkuat kembali. Kerangka kerja ASI umum digunakan sebagai strategi untuk mengefektifkan mobilitas, mengembangkan sistem transportasi yang berkelanjutan, dan mitigasi perubahan iklim.

Namun demikian, untuk bisa mencapai nol emisi, dibutuhkan teknologi kendaraan alternatif berbasis energi terbarukan untuk menggantikan BBM. Dalam laporan ini, beberapa teknologi alternatif yang diulas diantaranya adalah KBL, BBN, bahan bakar hidrogen (BBH), dan bahan bakar sintesis (BBS). Menurut Julius, setiap opsi dekarbonisasi memiliki potensi dan batasan yang berbeda, sehingga tidak bisa hanya mengandalkan salah satunya.

Dirinya mencontohkan, elektrifikasi kendaraan perlu diutamakan, karena dapat memberikan banyak manfaat tambahan, akan tetapi tidak semua moda mudah untuk dielektrifikasi. Menurut Julius, moda angkutan darat relatif mudah dielektrifikasi, tepatnya untuk segmen angkutan penumpang (seperti sepeda motor, mobil, dan bus).

Sementara untuk moda lainnya yang relatif lebih sulit untuk dielektrifikasi (diantaranya moda angkutan jalan barang, laut, dan penerbangan), perlu mengerahkan bahan bakar alternatif. Bahan bakar nabati, diantaranya biodiesel dan biogasoline menjadi pilihan yang paling menjanjikan. “Selain daripada opsi teknologi alternatif ini, langkah-langkah dalam mengelola laju permintaan juga harus dapat dilaksanakan secara bersamaan,” Julius mengingatkan.

Tags:

Berita Terkait