Perundingan RCEP Alot, Pemerintah Perlu Hati-hati
Berita

Perundingan RCEP Alot, Pemerintah Perlu Hati-hati

Pemerintah harus menyiapkan kebijakan untuk mengantisipasi defisit neraca perdagangan dan jasa dalam jangka waktu panjang.

Oleh:
Fitri Novia Heriani
Bacaan 2 Menit

 

“Jadi 225 pairings itu baru perjanjian bilateral dan RCEP itu ada 16 negara, selama ini berlarut larut karena memang fokus perundingan seperti FTA berada pada sektor perdagangan barang dan hanya dari segi segi tarif sehingga tidak kompleks. Sekarang lebih kompleks karena tidak hanya perdagangan tapi juga menyoal tarif keluar, dan banyak hal sensitif,” kata Faisal kebpada hukumonline, Kamis (24/10).

 

Menurut Faisal, pemerintah harus berhati-hati sebelum memutuskan untuk sepakat dalam perundingan RCEP tersebut. Pasalnya, pengalaman FTA dan perjanjian multilateral yang pernah ditandatangani sebelumnya, Indonesia kerap berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dari berbagai aspek, terutama dari sisi defisit perdagangan barang.

 

Perhitungan benefit dan cost harus dihitung secara hati-hati guna menghindari tekanan jika pada akhirnya pemerintah memutuskan untuk bergabung dengan RCEP. Jika melihat kondisi ekonomi Indonesia saat ini, Faisal menilai keputusan bergabung dengan RCEP justru akan memperlebar defisit barang dan jasa.

 

Meski RCEP menyebut bahwa defisit terjadi dalam jangka pendek dan menawarkan surplus untuk jangka panjag, namun hal tersebut tidak terjadi secara otomatis. Sehingga diperlukan desain kebijakan untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkan pelebaran defisit dalam jangka panjang.

 

“Kemudian yang dijanjikan RCEP adalah jangka panjang. Memang awal-awal katanya terjadi defisit tapi kemudian bisa kembali mendorong ekspor dan surplus. Tapi saya pikir itu tidak otomatis, harus di desain oleh kebijakan. Artinya kalau tidak ada antisipasi dan hanya sibuk menyiapkan kesepakatan RCEP, bagaimana cara kita untuk bisa meraih benefit yang dijanjikan jangka menengah dan panjang dari RCEP itu? Ini bukan hanya permasalahan dalam jangka pendek kita mengalami defisit, tapi bisa terjadi seterusnya,” pungkasnya.

 

Tags:

Berita Terkait