Serba-Serbi Ujian Advokat 2011
Jeda

Serba-Serbi Ujian Advokat 2011

Dari antrian toilet hingga kehilangan KTP.

CR-12
Bacaan 2 Menit

 

Antrian toilet

Selain tentang ujiannya itu sendiri, penyelenggaraan ujian advokat seringkali diwarnai insiden-insiden menarik. Beberapa tahun lalu, misalnya, panitia ujian advokat sempat ‘dipusingkan’ dengan protes seorang peserta yang ngotot ingin ikut ujian, meskipun telat. Dia berdalih baru saja menemani istri yang sedang melahirkan, makanya terlambat tiba di lokasi ujian. Namun, panitia mencoba bersikap tegas dengan tetap tidak mengizinkan peserta tersebut mengikuti ujian. Karena kecewa, si peserta ujian itupun menggerutu, “Masa’ saya harus bawa istri dan anak saya yang baru melahirkan sebagai bukti agar panitia percaya.”

 

Untuk ujian kali ini, insiden-insiden kecil juga terjadi. Sebelum ujian dimulai, ketika proses registrasi ulang, panitia disibukkan dengan protes sejumlah peserta yang mengaku nomor atau nama mereka tidak tercantum di ruangan ujian. Mengatasi hal ini, panitia menawarkan agar peserta yang merasa nama atau nomornya tidak ada tetap mengikuti ujian. Tetapi, tidak semuanya menerima tawaran itu dengan alasan khawatir nanti kelulusannya dipersoalkan keabsahannya.

 

“Bisa jadi dia masuk di ruangan yang bukan ruangan tempat dia ujian. Makanya, namanya tidak ada. Tapi sebenarnya tidak ada masalah bagi dia untuk ujian dulu. Itu tetap sah, bisa saja itu kesalahan kita. Waktu diinput bisa keliru,” ujar Ketua Panitia Ujian Thomas Tampubolon.

 

Insiden kembali terjadi ketika masa istirahat pasca ujian sesi pertama. Panitia menerapkan aturan bahwa bagi peserta yang ingin meninggalkan ruangan ujian, harus meninggalkan kartu identitas. Aturan ini sempat menimbulkan masalah ketika seorang peserta wanita kebingungan karena kartu identitasnya tidak ada di panitia. “Di sana katanya nggak ada,” ujar peserta itu ketika mencoba bertanya ke panitia di sektor lain.

 

Satu kejadian unik adalah ketika masa istirahat berlangsung, banyak peserta ujian yang ‘menyerbu’ toilet. Karena jumlah toiletnya tak sebanding dengan jumlah peserta ujian yang hendak buang hajat, toilet pun menjadi penuh sesak, dan mengakibatkan antrian yang cukup panjang. “Udah, satu tempat (urinoir) buat bertiga aja biar cepat,” seloroh salah seorang peserta yang ikut mengantri.

 

Meskipun diwarnai insiden-insiden kecil, Ketua Panitia Ujian Thomas Tampubolon menegaskan bahwa panitia sudah berupaya maksimal agar ujian berjalan lancar. Sejak ujian perdana lima tahun silam, PERADI menunjuk sebuah lembaga eksternal dalam menyelenggarakan ujian. Lembaga eksternal ini, kata Thomas, memiliki reputasi yang cukup bagus, dan telah terbukti selama bekerjasama dengan PERADI mampu menyelenggarakan ujian dengan baik.

 

Selalu menarik memang mengikuti kisah para calon advokat ketika mengikuti ujian. Perjuangan mereka untuk menyandang profesi advokat memang cukup gigih, dan terkadang ‘merepotkan’ panitia. Kini, kita tunggu saja apakah perjuangan mereka membuah hasil positif yakni termasuk dalam daftar nama-nama yang lulus.

 

Tags: