SKK Migas: Peningkatan Investasi Hulu Migas Butuh Dukungan Regulasi
Terbaru

SKK Migas: Peningkatan Investasi Hulu Migas Butuh Dukungan Regulasi

Peningkatan investasi menjadi upaya untuk mencegah krisis ekonomi dan energi.

Oleh:
Mochamad Januar Rizki
Bacaan 2 Menit
Ketua Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto. Foto: Istimewa
Ketua Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto. Foto: Istimewa

Gejolak situasi ekonomi dan politik global berpengaruh terhadap industri hulu minyak dan gas (migas). Terganggunya pasokan energi menyebabkan kenaikan harga. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan ancaman inflasi dan krisis ekonomi dan energi.

Ketua Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, menyampaikan peningkatan investasi menjadi upaya untuk mencegah krisis tersebut. Untuk mencapai hal tersebut, Dwi menyampaikan salah satunya dengan cara perbaikan regulasi agar investasi masuk ke Indonesia. Selain itu, pemerintah juga perlu mengatur lebih lanjut mengenai insentif hulu migas.

“Terdapat lima strategi utama yaitu mengoptimalkan produksi lapangan yang ada, transformasi sumber daya kontingen menjadi produksi, mempercepat Enhanced Oil Recovery (EOR) kimiawi, mendorong kegiatan eksplorasi migas dan percepatan peningkatan regulasi melalui One Door Service Policy (ODSP) dan insentif hulu migas,” jelas Dwi dalam Konvensi Internasional “Meningkatkan Investasi dan Mengadaptasi Transisi Energi Melalui Kolaborasi yang Lebih Kuat” di Bali pada Rabu (23/11). 

Baca Juga:

Lebih lanjut, dia menyampaikan tren global lain yang mempengaruhi industri migas adalah isu transisi energi. Setelah Protokol Kyoto, Perjanjian Paris, dan G20 terbaru, banyak negara, termasuk Indonesia, berkomitmen penuh untuk mengurangi emisi karbon. 

“Di Industri Minyak dan Gas, kami melihat bahwa beberapa perusahaan minyak besar telah memasukkan pengurangan karbon dan investasi energi terbarukan dalam strategi portofolio mereka. Kondisi ini ada dua. Pertama, investasi migas perlu ditingkatkan karena perlu memasukkan program pengurangan karbon seperti CCUS. Di sisi lain, persaingan untuk mendapatkan investasi di bidang migas semakin meningkat,” ujar Dwi.

Di era transisi energi, dia memperkirakan LNG akan memainkan peran penting karena kebutuhan pasokan gas alam yang mendesak di Eropa dan pertumbuhan populasi dan ekonomi di negara-negara Asia seperti India dan Indonesia. Sebagai negara yang memiliki pengalaman luas sebagai Produsen LNG, Indonesia memiliki peluang yang sangat baik untuk menarik investasi.

Sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat, Indonesia diprediksi menjadi ekonomi terbesar ke-4 dunia pada tahun 2030. Untuk mendukung pertumbuhan ekonominya, Indonesia membutuhkan lebih banyak energi.

Energi terbarukan akan memainkan peran penting di masa depan.  Sehingga, diperlukan investasi yang signifikan dan partisipasi aktif dari pelaku domestik dan internasional untuk memanfaatkan potensi migas nasional.

Tags:

Berita Terkait