Sorotan YLKI Terkait Visi Misi Bidang Kesehatan Para Cawapres
Berita

Sorotan YLKI Terkait Visi Misi Bidang Kesehatan Para Cawapres

Lebih kepada visi misi seorang menteri, bukan seorang cawapres. Padahal persoalan yang ada harus disikapi dengan kebijakan yang komprehensif dan holistic.

Oleh:
Mochamad Januar Rizki
Bacaan 2 Menit
Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi. Foto: ylki.or.id
Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi. Foto: ylki.or.id

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai secara umum debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang berlangsung Minggu (17/3) melam berjalan dengan baik. Meski demikian Ketua YLKI Tulus Abadi memberikan beberapa catatan, terutama terkait dengan visi misi Cawapres di bidang kesehatan.

 

Pertama, visi misi yang disampaikan para paslon cawapres terlihat terlalu teknis, dan sektoral. “Lebih kepada visi misi seorang menteri, bukan seorang cawapres. Padahal persoalan yang ada harus disikapi dengan kebijakan yang komprehensif dan holistic,” kata Tulus, Selasa (19/3).

 

Kedua, menurut Tulus, terkait dengan persoalan BPJS Kesehatan dan stunting, visi dan misi paslon Cawapres sangat ironis, di mana kedua paslon belum menonjolkan upaya preventif promotif secara serius, dan sistematis.

 

“Terbukti, para paslon tidak sedikitpun berbicara upaya pengendalian konsumsi tembakau,” katanya.

 

Padahal, kata Tulus, baik stunting dan defisit BPJS Kesehatan sekalipun, sangat erat kaitannya dengan upaya preventif promotif, salah satunya adalah pengendalian konsumsi tembakau.

 

Ketiga, Tulus mengakui bahwa stunting memang disebabkan karena kurangnya asupan gizi secara kronis pada rumah tangga miskin. Akan tetapi, kata Tulus, asupan gizi yang kurang itu karena alokasi pendapatan rumah tangga miskin lebih banyak untuk membeli rokok, bukan untuk membeli lauk pauk;

 

Keempat, terkait BPJS Kesehatan, Tulus mengatakan bahwa finansial defisitnya banyak dipicu oleh penyakit tidak menular, seperti jantung koroner, stroke, hipertensi, gagal ginjal, dan lain-lain. Menurutnya, penyakit ini muncul karena faktor gaya hidup.

 

Konsumsi rokok berkontribusi paling signifikan atas munculnya penyakit penyakit tersebut. YLKI mempertanyakan dengan keras para paslon tidak menjadikan upaya preventif promotif berupa wabah konsumsi rokok sebagai agenda kebijakannya.

Tags:

Berita Terkait