Sosok Hakim Ketua Masih Menjadi Kunci Sukses Pengadilan
Utama

Sosok Hakim Ketua Masih Menjadi Kunci Sukses Pengadilan

Memotret kepemimpinan dan pemikiran para Ketua Mahkamah Konstitusi dalam menghasilkan putusan berkualitas.

Norman Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit

 

Salah satu ulasan Romo Hendri menggambarkan bagaimana konsep putusan konstitusional bersyarat atau inkonstitusional bersyarat dikenalkan. Para ahli hukum kesulitan untuk menyimpulkan bagaimana posisi para hakim konstitusi terhadap undang-undang yang diuji dalam sidang mereka. “Putusan-putusan dalam lima tahun pertama MK sering dianggap ‘banci’, karena dianggap tidak berani,” kata Romo Hendri.

 

Berdasarkan penelitiannya, ternyata ada pertimbangan lain yang dilakukan oleh Ketua Mahkamah Konstitusi saat itu untuk memenangkan kepentingan yang lebih besar dan bermanfaat untuk masyarakat.

 

Pembedah buku lainnya, Fritz Edward Siregar memuji hasil penelitian Romo Hendri sebagai karya berkelas internasional pertama tentang Mahkamah Konstitusi yang ditulis oleh orang Indonesia. “Kita mengenal banyak nama seperti Simon Butt atau Melisa Crouch, tapi ini yang pertama ditulis oleh orang Indonesia,” kata anggota Badan Pengawas Pemilu itu.

 

Fritz menyoroti penelusuran Romo Hendri dalam memetakan latar belakang akademik para hakim mulai dari almamater kampus hingga karya tulis apa yang pernah dibuat. “Ini buku tentang hukum tapi tanpa Hans Kelsen, tapi juga bukan tentang murni politik,” kata Fritz yang pernah bertugas sebagai asisten hakim konstitusi pada periode pertama.

 

Buku ini diakuinya berhasil memberi deksripsi utuh bagaimana sosok Ketua Mahkamah Konstitusi bekerja keras menjadi hakim sekaligus pemimpin para hakim. Ada pertarungan ‘politik’ gagasan yang harus dikelola sosok Ketua untuk menjalankan tugas mereka sebaik mungkin. Termasuk dalam berhadapan dengan pimpinan cabang kekuasaan lainnya yang tak jarang berusaha mempengaruhi arah putusan Mahkamah Konstitusi secara tidak langsung.

 

(Baca juga: Sembilan Hakim MK Sang Penentu ‘Gugatan’ Prabowo-Sandi)

 

Ketua pertama Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie turut hadir memberikan sambutan kunci. “Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, kualitas kelembagaan termasuk MK ini memang sangat bergantung figur pimpinan,” katanya.

 

Jimly mengakui hal tersebut tidak ideal. Seharusnya suatu lembaga bergantung kepada sistem. Ia juga mengapresiasi usaha Romo Hendri memetakan perjalanan Mahkamah Konstitusi selama 16 tahun. Pendekatan analisis terhadap sosok-sosok Ketua dianggap Jimly sebagai hal baru yang memotret kenyataan di Indonesia. Ia mengakui mau tidak mau kehadiran judicial heroes masih sangat diperlukan sambil mematangkan kelembagaan Mahkamah Konstitusi. “Selanjutnya kita harus bergantung kepada sistem, karena kalau tergantung figur itu belum modern,” katanya.

Tags:

Berita Terkait