Rencana Akuisisi DBS-Danamon Gagal
Berita

Rencana Akuisisi DBS-Danamon Gagal

BI terus berdiskusi dengan pihak moneter di Singapura untuk meningkatkan penerapan asas resiprokal di kedua negara.

Oleh:
FAT
Bacaan 2 Menit
Rencana Akuisisi DBS-Danamon Gagal
Hukumonline

Rencana DBS untuk mengakuisisi Bank Danamon akhirnya gagal lantaran DBS mengurungkan niatnya untuk mengakuisisi Danamon. Hal ini diketahui setelah DBS melayangkan surat ke Bank Indonesia (BI). Gubernur BI Agus DW Martowardojo menghormati sikap yang diambil oleh DBS itu.

“Iya sudah melapor itu dilakukan dengan baik dan kami hargai itu,” kata Agus Marto seusai menghadiri pengambilan sumpah Hendar sebagai Deputi Gubernur BI yang baru di Komplek Perkantoran Mahkamah Agung (MA) di Jakarta, Jumat (2/8).

Agus Marto yakin gagalnya akuisisi DBS-Danamon ini tak akan berdampak pada bisnis investasi di Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia telam membuka diri dan memberikan kesempatan bagi asing untuk menginvestasikan modalnya baik di sektor keuangan ataupun perbankan secara khusus.

Bahkan, lanjut Agus Marto, jika dibandingkan dengan negara kawasan lainnya, Indonesia termasuk negara yang terbuka dalam menerima investor asing di sektor keuangan. “Kalau terkait dengan DBS-Danamon kami meyakini ini tidak terpengaruh dengan bisnis investasi,” katanya.

Ia mengatakan, akuisisi DBS-Danamon ini masuk kategori corporate action dari DBS untuk mengambil controlling shareholder di Bank Danamon. Atas tindakan itu pula, DBS wajib patuh pada Surat Edaran BI No. 15/4/DPNP yang merupakan tindaklanjut dari diterbitkannya PBI No. 14/8/PBI/2012 tanggal 13 Juli 2012 tentang Kepemilikan Saham Bank Umum, yang salah satunya membahas kepemilikan asing lebih dari 40 persen pada sebuah bank umum.

Meski rencana akuisisi DBS-Danamon gagal, lanjut Agus Marto, BI tetap berkomunikasi dengan otoritas moneter di Singapura terkait peningkatan asas resiprokal dalam hubungan kedua negara. Ia berharap, perbankan Indonesia dapat memiliki akses luas dan kesempatan untuk menjangkau bisnisnya di Singapura. Sebaliknya, Indonesia sendiri sangat terbuka jika perbankan Singapura ingin mendalami pasar di Indonesia.

“BI terus menjadikan isu resiprokal itu sebagai satu isu yang perlu kita perjuangkan agar negara-negara yang kita sambut baik di Indonesia untuk membuka diri agar bisa beraktifitas di negaranya,” tutur Agus Marto.

Tags:

Berita Terkait