Pasang Surut Hubungan Artidjo dan Busyro
Berita

Pasang Surut Hubungan Artidjo dan Busyro

Artidjo pernah laporkan Busyro ke polisi.

ALI
Bacaan 2 Menit
Busyro Muqoddas. Foto: SGP
Busyro Muqoddas. Foto: SGP
Kedekatan antara Hakim Agung Artidjo Alkostar dan Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas memang bisa dilihat secara kasat mata. Sama-sama berpikrah di lembaga hukum Indonesia. Mereka juga mengajar di kampus yang sama, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII). Tak heran, bila Ikatan Alumni UII mengundang Busyro untuk memberi testimoni mengenai sosok Artidjo.

Namun, hubungan dua sahabat ini pernah mengalami pasang surut, bahkan sang sohib pernah melaporkan Busyro ke Kepolisian. Ini diungkapkan Busyro pada diskusi “Harapan Penegakan Hukum, Fenomena Artidjo Alkostar” di Jakarta, Selasa (4/3).

“Saya ini adalah sahabat lama mas Artidjo,” ujar mantan Ketua Komisi Yudisial (KY) membuka cerita tentang hakim agung yang kerap menghukum berat terdakwa korupsi itu.

Pada 1999, Busyro yang masih menjabat sebagai Dekan FH UII kedatangan tamu seorang Tionghoa. Ia mengaku mempunyai kasus dan didampingi oleh seorang pengacara terkenal di Yogyakarta. Namun, ia tak puas dengan cara si pengacara menangani kasus.

“Dia awalnya datang ke orang Cina lainnya. Lalu, temannya itu bilang minta informasi saja ke Busyro Muqoddas. Lalu, dia datang ke rumah dan minta dicarikan pengacara yang baik,” ceritanya.

Busyro tanpa ragu-ragu segera merekomendasikan sahabatnya, Artidjo Alkostar. Awalnya, Busyro menilai persoalan ini sudah selesai. Namun, beberapa waktu kemudian, ia mengaku kembali bertemu orang tersebut. Orang Tionghoa ini bingung dengan pengacaranya, Artidjo. “Pak Artidjo tak mau diberi persekot. Dan bila sidang di Semarang, dia nggak mau naik mobil saya,” ujar Busyro menirukan ucapan orang itu.

Di sinilah, Busyro semakin yakin bahwa Artidjo merupakan sosok yang berintegritas tinggi. Hingga akhirnya, pada 2000, Artidjo minta izin kepada dirinya untuk mendaftar sebagai hakim agung setelah ditelepon oleh Mensesneg Yusril Ihza Mahendra (kala itu).

Nah, pada 2006, hubungan dua sahabat ini mengalami fase surut. Kala itu, Busyro yang menjabat sebagai Ketua KY mengalami kasus yang tak biasa. Pegawai KY membocorkan informasi ke sejumlah media massa terkait hakim-hakim agung yang dilaporkan oleh masyarakat, termasuk salah satunya Artidjo Alkostar.

Busyro merasa bersalah dengan bocornya dokumen ini. Pasalnya, dokumen itu baru sebatas laporan yang belum bisa dipublikasikan. “Saya minta maaf ke mas Artidjo atas keteledoran ini,” ungkapnya.

Namun, apa respon Artidjo kala itu?

Artidjo langsung datang ke KY dan menyerahkan sebuah surat foto kopi. Itu merupakan laporan Artidjo terhadap Busyro yang dianggap telah mencemarkan nama baiknya. Ya, Artidjo melaporkan Busyro ke Polda Metro Jaya atas tuduhan pencemaran nama baik.

“Sahabat baik seperti saya saja pernah dilaporkan ke polisi. Ini membuktikan bahwa seorang Artidjo tak pandang bulu. Untungnya, kasus selesai dan kesalahpahaman bisa diatasi,” tambahnya.

Kisah Busyro dan Artidjo tak berhenti di situ. Pada 2008, Busyro secara tak sengaja bertemu dengan Artidjo di toko buku Gunung Agung. “Saya ajak makan, dia nggak mau. Saat itu saya memang sudah di KY. Dia hati-hati sekali sampai ditawari makan saja tak mau,” ujarnya.

Busyro semakin kagum dengan Artidjo setelah mendengar cerita rektor salah seorang universitas di Indonesia. Sang Rektor yang berkunjung ke Yogyakarta saat itu, melihat sesosok yang familiar dibonceng naik motor dan lalu mengeluarkan jas hujan. “Dia adalah seorang hakim agung, Artidjo Alkostar. Luar biasa,” ujarnya meniru ucapan rektor itu.

Lebih lanjut, Busyro mengakui kebiasaan Artidjo yang sering dibonceng naik motor oleh keponakannya di Yogyakarta menuju ke bandara setiap Artidjo akan terbang ke Jakarta. “Dia diantar dengan motor Astrea tahun 1986. Distater pun harus 12 kali, baru bunyi,” selorohnya.

“Saya kenal dia lama sekali. Kos-kosannya isinya buku melulu. Itu fakta dan akhlak seorang Artidjo,” pungkasnya.
Tags:

Berita Terkait