Adji Kuntadewi - Thrive In A Male-Dominated Workplace
Terbaru

Adji Kuntadewi - Thrive In A Male-Dominated Workplace

Menurut Adji Kuntadewi Chief Legal Counsel TVS Motor Indonesia, kerap kali terjadi tanpa disadari terdapat kekeliruan mindset mengenai peran perempuan sebagai ‘pendukung kesuksesan kolega pria’. Perempuan terkadang diposisikan atau memposisikan diri sebagai supporter bagi kolega pria. Dalam hal-hal kecil seperti, dalam rapat cenderung menunjuk perempuan sebagai notulen atas keputusan rapat yang dibuat oleh kolega pria.

Tim Publikasi Hukumonline
Bacaan 8 Menit
Adji Kuntadewi - Thrive In A Male-Dominated Workplace
Adji Kuntadewi - Thrive In A Male-Dominated Workplace

Dewasa ini perempuan yang terlibat dalam dunia profesional terus meningkat dan hampir umum di Indonesia. Hal ini didorong oleh banyaknya kesempatan yang tersedia yang memberi ruang bagi banyak perempuan di Indonesia untuk bekerja sebagai kebutuhan maupun sarana mengaktualisasikan diri. Eksistensi perempuan semakin meluas seiring dengan berjalannya waktu, dengan dibuktikannya peran-peran kepemimpinan oleh Perempuan di tempat kerja yang memberi sumbangsih penting dimanapun perempuan ditugaskan.

Salah satu perempuan menginspirasi adalah Adji Kuntadewi, Chief Legal Counsel di TVS Motor Company Indonesia yang membagikan kisahnya menjadi perempuan yang berdaya sebagai Ibu sekaligus perempuan pekerja profesional. “Perempuan berdaya adalah perempuan yang bisa menentukan dan mewujudkan apa yang menjadi cita-cita dan harapannya. Ia tangguh, fokus, ulet dan gigih memperjuangkan apa yang menjadi keinginannya, tahan segala situasi baik yang mendukung atau melemahkan dalam perjalanan mencapai apa yang diinginkan. Wujud dari perempuan berdaya adalah perempuan yang mandiri, yaitu perempuan yang mampu membuat keputusan dan menerima semua konsekuensi atas pilihan-pilihannya atau pertimbangan-pertimbangan yang dibuatnya sendiri.” tutur Adji Kuntadewi, (5/12/2022). 

Namun demikian, di dunia kerja, menurutnya kerap kali terjadi tanpa disadari terdapat kekeliruan mindset mengenai peran perempuan sebagai ‘pendukung kesuksesan kolega pria’. “Perempuan terkadang diposisikan atau memposisikan diri sebagai supporter bagi kolega pria. Dalam hal-hal kecil seperti, dalam rapat cenderung menunjuk perempuan sebagai notulen atas keputusan rapat yang dibuat oleh kolega pria.

Dengan memperbaiki kekeliruan pola pikir tersebut dan meyakini bahwa di area pekerjaan eksistensi seorang perempuan adalah juga berlaku sebagai “pemeran utama” dan “bukan pemeran pembantu” terhadap kolega pria di tempat kerja, diharapkan hal itu dapat memaksimalkan semua potensi yang dimilikinya karena ia meyakini potensi tersebut akan menjadi bekal daya saing bagi dirinya sendiri sebagai seorang profesional dalam perjalanan karirnya. Walaupun tentunya secara profesional sebagai part of teamwork dalam suatu organisasi perusahaan ia harus mampu terlibat dengan aktif, baik di belakang, di tengah, bahkan siap di garda terdepan.  

Untuk menjadi perempuan berdaya, idealnya seorang perempuan perlu dipersiapkan sejak dini, karena dengan bibit pola pikir yang benar dan baik dan menerapkan kebiasaan baik akan menuai hasil yang maksimal dan mengurangi resiko yang menghambat atau memperlambat proses belajar sebagai manusia yang mandiri. Tanpa membedakan gender secara sederhana kita perlu mengajarkan dan menumbuhkan “ilmu survival” (bertahan diri) jika menginginkan anak yang berdaya. “Dari kecil diajarkan mandiri, bukan hanya secara formal belajar, namun segala sesuatu yang sifatnya survival, ilmu survival no. 1 adalah mampu berenang, driving, masak. “Untuk survive, ga usah yang hebat yang penting bisa.” ungkap Adji. 

Demikian juga dengan disiplin sendiri mulai dari merapikan tempat tidur, kebersihan dan kerapihan tempat belajar, dan sebagainya. “Suasana tempat belajar/kerja atau dimanapun kita menghabiskan sebagian besar energy kita sehari-hari, idealnya harus dalam kondisi rapi, bersih karena akan mempengaruhi isi pikiran kita. Ruwet pikiran kita kalau kamarnya berantakan.” tambah Adji.  Ilmu survival ke 2 adalah anak-anak sebaiknya diikutsertakan setidaknya 1 aktivitas sport. “Untuk belajar mengenai persiapan, coaching, kesabaran, proses, disiplin dan jiwa sportif”. Ilmu survival yang ke 3 adalah seorang anak harus mendapatkan pendidikan yang cukup sebagai bekal memperoleh harga diri dan mandiri secara finansial di kemudian hari. Ilmu survival ke  4 adalah seorang anak sebaiknya banyak bereksplorasi dengan bertemu banyak dan beragam orang tanpa membedakan golongan untuk menempa kematangan emotional intelligence.

Ilmu survival yang ke 5 adalah belajar self defense sederhana untuk menjaga diri. Ia menceritakan sebagai contoh, sang putri dibekali kemampuan dalam seni bela diri taekwondo sejak berumur 9 tahun dan memiliki ban merah di usia 19 tahun. Sehingga dengan bekal ilmu survival tersebut diharapkan anak- anak menjadi insan yang berdaya sejak dini dan siap menjadi manusia mandiri.

Halaman Selanjutnya:
Tags: