Menurut Arief, LGS menempatkan posisi partner sebagai representasi dari LGS kepada klien. Untuk itu memilih partner sekaligus menempatkan sosok yang tidak hanya mampu memenuhi standar kerja namun juga dalam kemitraan. Menjadi partner menurut Arief juga memiliki tugas marketing mendapatkan klien baru.
“Image kami adalah we give solution. Semua lawyer pada dasarnya bagus, tapi menjadi partner juga soal kemampuan lainnya, seperti marketing,” ungkapnya.
Kantor Cabang
Hal berikutnya yang menjadi perhatian adalah pilihan membuka kantor cabang. Hanya tiga firma hukum dari 19 law firm yang mengaku memiliki kantor cabang selain kantor pusat di Jakarta. Adnan Kelana Haryanto & Hermanto (AKHH) misalnya telah 15 tahun membuka kantor cabang di kota Batam. Sementara AHP baru mulai membuka kantor cabang selama tiga tahun di Surabaya.
“Kami melihat ada potensi yang besar di Batam sebagai daerah yang dikembangkan khusus industri, juga ada jaringan hubungan baik dengan notaris-notaris setempat. Ada market research yang kami buat,” kata Stefanus Haryanto, founding partner AKHH mengawali penjelasannya saat diwawancarai Hukumonline.
Dengan bekal jejaring dan hasil pemetaan peluang pasar di Batam, Stefanus menambahkan, AKHH berhasil mengoperasikan kantor cabangnya selama 15 tahun hingga sekarang. Para lawyer direkrut dari Jakarta dan Medan namun semuanya berdomisili di Batam.
“Kami punya partner yang managing counsel untuk Batam office. Sejauh ini berjalan lancar dan berkembang cukup pesat,” ungkapnya.
Pertimbangan soal peluang pasar juga yang membuat AHP memutuskan sejak 3 tahun lalu membuka kantor cabang di Surabaya. “Melihat Surabaya sebagai second biggest city di Indonesia yang cukup berkembang. Kami ingin bekerja lebih dekat dengan pasar di sana,” jelas Bono.