Aida dan Kisah Inspiratif Seorang Ibu Sekaligus Lawyer Kebanggaan W&P
Hukumonline's NeXGen Lawyers 2020

Aida dan Kisah Inspiratif Seorang Ibu Sekaligus Lawyer Kebanggaan W&P

Aida merasa bahwa stigma “perempuan karier” vs “perempuan berkeluarga” sudah tidak relevan lagi. Justru dengan berkeluarga, perempuan akan lebih teliti membagi waktu dan menghargai pentingnya kualitas pekerjaan.

CT-CAT
Bacaan 2 Menit
Siti Kemala Nuraida, konsultan hukum dari Walalangi & Partners (W&P).
Siti Kemala Nuraida, konsultan hukum dari Walalangi & Partners (W&P).

Lebih dari tujuh tahun, Siti Kemala Nuraida—sering kali dipanggil Aida—telah menjalani karier sebagai pengacara. Mulanya, ia sama sekali tidak berencana menjadi lawyer. Namun, bakat alami sebagai pemimpin rupanya telah tampak ketika ia mengambil jurusan hukum di Universitas Indonesia. Pada periode 2010-2011, ia dipercaya dan dipilih oleh para anggotanya untuk memimpin dan menjadi Director Asian Law Student’s Association (ALSA).

 

Awalnya Aida bercita-cita menjadi diplomat, tetapi karena satu dan lain hal, di akhir masa kuliah ia mengalihkan fokusnya kepada dunia hukum korporasi. Salah satu keputusan terbaik, yang akhirnya mengantarkan Aida pada posisi sekarang. 

 

Bergabung dengan Walalangi & Partners

Sewaktu baru mulai bekerja, Aida melihat bahwa dunia lawyering ternyata sangat berbeda dengan yang ada di film atau serial televisi yang selama ini ditontonnya. Banyak sekali ground works yang harus diperhatikan. Apalagi, analisis tepat harus diberikan untuk setiap kasus ataupun pekerjaan yang dihadapi. Misalnya, untuk menjawab satu paragraf untuk klien, seorang konsultan hukum bisa melewati proses bedah peraturan dan riset lapangan selama berjam-jam. Tujuannya semata-mata untuk mendapatkan analisis hukum yang tepat guna memberikan solusi yang terbaik buat klien.

 

Lebih dari itu, karena bersifat masif dan multidimensi, dalam satu firma hukum korporasi—sebagian besar pekerjaan akan dilakukan dalam suatu tim yang berisi pengacara andal sesuai bidangnya masing-masing. Oleh karena itu, bakat kepemimpinan seorang pengacara akan sangat teruji dan diperlukan ketika memimpin tim menangani mega deal ratusan juta Dollar Amerika Serikat.

 

Hal serupa juga diamini oleh Managing Partner Walalangi & Partners (W&P), Luky Walalangi. Menurut Luky, Aida adalah salah satu orang yang memiliki bakat alami sebagai seorang pemimpin. Ia dapat memberikan ketenangan dan inspirasi kepada anggota tim, mendorong transaksi yang dipimpinnya berjalan ke arah yang benar, serta mampu mengambil keputusan tepat—sekalipun di saat yang berat.

 

“Itu sebabnya, di W&P, Aida dipercayai untuk memimpin, bersama-sama dengan beberapa associate lain, mewakili Tokyo Tatemono Co Ltd & Tokyo Tatemono Asia Pte Ltd mega-proyek real property senilai lebih dari USD300 juta,” terang Luky. Dia menambahkan, dalam proyek ini, Aida dipercaya untuk memimpin drafting process dan negosiasi. “Selain itu, Aida juga dipercayai untuk menjadi salah satu associate yang memimpin proyek real property mewakili Toyota Tsusho Corporation dengan total nilai investasi   Rp910 miliar atau sekitar ¥7,142,000 juta,” jelasnya.

 

Namun, dengan rendah hati, Aida mengakui bahwa kepemimpinannya dalam tim W&P dapat berjalan dengan baik justru karena karakter masing-masing individu yang baik dalam tim. Ia mengakui bahwa bersama dengan W&P, ia justru belajar banyak hal, termasuk teamwork dan ketelitian.

 

“Kami memiliki bonding yang kuat. Saya merasa setiap anggota W&P adalah keluarga dan hanya di firma ini setiap anggota secara natural sampai bisa hafal makanan favorit setiap orang!” ujar Aida mengenai rekan-rekan sekantornya. “Pekerjaan ini besar tantangannya. Sangat membantu untuk memiliki tim yang suportif dan bekerja dalam tempo yang sama. Selain itu, kita juga harus pandai juggling,” ucapnya.

 

‘Yes, I am a Working Mom’

Juggling yang Aida maksud adalah pembagian waktu antara peran sebagai wanita karier dengan peran sebagai perempuan yang telah berkeluarga. Menurut Aida, tantangan ini tidak perlu dianggap sebagai masalah yang ‘harus diperbaiki’, melainkan menjadi sebuah keadaan yang perlu diadaptasi.

 

“Pekerjaannya tidak berubah, klien tidak berubah, metode analisis dan work delivery tidak berubah, tapi kita yang berubah. Dari awalnya seorang mahasiswi, mulai bekerja, menikah, kemudian menjadi ibu. Tantangan datang karena kita berubah. Pertanyaannya, apakah kita akan beradaptasi atau tidak?” Aida melempar pertanyaan.   

 

Sejak menjadi ibu, Aida tetap aktif menjalani karier dan dipercaya menangani berbagai macam mega proyek. Beberapa di antaranya adalah ketika dia diminta untuk mengawal financing dan internal restructuring Bizzy Group melalui sembilan anak perusahaan di bidang e-commerce, logistik dan distribusi, termasuk akuisisi dan pembiayaan Mudharabah senilai lebih dari Rp1,100 triliun.

 

Di W&P, Aida juga dipercayakan untuk membagi ilmu dengan aktif menulis dalam berbagai publikasi hukum antara lain: The International Comparative Legal Guide (ICLG) on Mergers & Acquisitions, Global Legal Group 2020, Banking Regulation 2020 Global Legal Insight (GLI), dan Recent Key Legal Development, Asialaw Profile 2019.

 

“Di kantor ini, tidak ada perbedaan perlakuan antara perempuan dan laki-laki, single maupun sudah berkeluarga. Semua diberi kesempatan yang sama,” ungkapnya. Aida menjelaskan mengenai dukungan yang ia syukuri dari W&P. “Saya menyadari tidak semua tempat memiliki level support yang sama. Ini juga yang menjadi titik penentu apakah seorang perempuan, ketika sudah berkeluarga, memutuskan untuk melanjutkan kariernya atau tidak.”

 

Kemampuan Aida beradaptasi dan membagi waktu inilah yang kemudian sangat diapresiasi Luky. Sampai sekarang, sang Managing Partner bahkan masih heran: bagaimana Aida bisa mendapatkan energi untuk selalu dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sempurna dan tetap membagi waktu di keluarganya.   

 

Adapun menurut Aida, kini perempuan berkarier, atau sebagaimana sering disebut dengan working moms tidak lagi menjadi sebuah anomali. Berkeluarga dan memiliki anak, bukan berarti tidak bisa melanjutkan karier. Ia memberikan satu contoh kecil. “Setiap Minggu sore, kegiatan wajib saya adalah bikin to-do list pekerjaan kantor dan menyiapkan meal plan mingguan untuk anak. Pekerjaan penting, tapi keluarga adalah inti dari segalanya. Tugas kita adalah untuk selalu memberikan yang terbaik yang kita bisa,” katanya.

 

Pada akhirnya, Aida merasa bahwa stigma ‘perempuan karier’ vs ‘perempuan berkeluarga’ sudah tidak relevan lagi. Justru dengan berkeluarga, perempuan akan lebih teliti membagi waktu dan menghargai pentingnya kualitas pekerjaan. Ia pun memiliki pesan untuk seluruh working moms yang setiap hari menghadapi tantangan juggling memerankan posisi untuk berkarier dan berumah tangga.

 

“Terima kasih telah menginspirasi saya untuk menjadi perempuan yang lebih kuat setiap harinya. You are a fierce fighter and a wonderful mom. Let’s defy the stereotype together!” pungkas dia.

 

Artikel ini merupakan kerja sama Hukumonline dengan firma hukum Walalangi & Partners.

Tags:

Berita Terkait