Badai Corona dan Harapan Kehidupan
Berita

Badai Corona dan Harapan Kehidupan

Ketua Umum Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi), Fauzie Yusuf Hasibuan menyatakan bahwa tahun 2020 adalah masa yang sulit. Bukan hanya bagi Indonesia, tetapi juga untuk negara-negara dunia.

Oleh:
CT-CAT
Bacaan 2 Menit

 

Sebagai perbandingan Pemerintah Singapura (26/3/2020) mengungapkan alokasi anggaran senilai Rp33,7 miliar dollar AS atau setara dengan Rp505,5 triliun (kurs: 15.000). Anggaran dalam jumlah fantastis tersebut bakal dialokasikan untuk mengantisipasi jatuhnya perekonomian akibat pandemi virus corona (dikutip dari South China Morning Post, pada Jumat (27/3). Sementara itu, Australia menidurkan perekonomian yang memang sudah melesu sejak wabahvirus corona. Selama perekonomian sedang 'tidur', pemerintah memberikan bantuan keuanganlangsung kepada para pekerja, agar setelah pandemi berlalu perusahaan bisa mempertahankan pegawainya.

 

Pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan yang keseluruhan nilanya lebih dariAU$213,7 miliar, atau hampir dua ribu triliun Rupiah, yang dibagi ke dalam tiga paket kebijakan.Paket terbesar diumumkan akhir Maret kemarin, yakni sebesar A$130 miliar, dimana karyawanakan mendapatkan subsidi upah sampai AU$1.500, atau hampir Rp15 juta per dua minggu yangakan dibayar selama enam bulan. Perdana Menteri Muhyiddin Yassin meluncurkan stimulusekonomi bernama Paket Prihatin sebesar 250 miliar ringgit atau Rp929,5 triliun (asumsi kurs1 ringgit = Rp3.178). Kebijakan itu umumnya berisi tunjangan ekonomi bagi ekonomi dankesejahteraan masyarakat di kala pandemi covid-19. Paket juga meliputi 128 miliar ringgit untuk kesejahteraan masyarakat, 100 miliar ringgit untuk dukungan terhadapsektor bisnis, dan 2 miliar ringgit untuk memperkuat ekonomi nasional.

 

Selasa 25 Februari 2020 lalu, situs berita Warta Ekonomi, memberitakan bahwa Presiden AS Donald Trump meminta kepada Kongres agar menyetujui tambahan anggaran sebesar 2,5 miliar dolar AS, dengan dalih untuk perang menghadapi virus corona. Lebih lanjut dikatakan oleh Gedung Putih, sekitar 1 miliar dolar AS dari anggaran tersebut akan digunakan untuk mengembangkan vaksin dan sisanya untuk terapi serta pembelian alat pelindung pribadi seperti masker. Tampaknya, pemerintah AS memanfaatkan betul bencana yang sedang diderita oleh Tiongkok menyusul penyebaran wabah virus corona di Wuhan, yang lalu dalam mewujudkan dan mengembangkan agenda strategi sendiri.

 

Kembali pada kibijakan Rp27 triliun, dalam realisasi di beberapa pasar tradisional di Jakarta dibagikan kepada masyarakat masing-masing 5 kilogram beras. Pembagian itu disebut sebagai bantuan Presiden RI, yang dalam pengamatan Fauzie disambut baik oleh masyarakat penerima. Sama halnya dengan   Bantuan Langsung Tunai (BLT) menjelang pemilu yang juga tidak mengubah pendirian penerima akan pilihan partainya. Namun, kendati ada analisis yang selalu mengaitkannya dengan kepentingan politik, bantuan karena corona adalah faktor hak warga negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi. “Ini hanya stimulan. Pemberian ini dapat menjadi pelatuk kekecewaan mana kala kebijakan dikeluarkan PP No.21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar yang Politik Hukumnya merupakan arah untuk menggalang Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang ditandatangani pada 31 Maret 2020, tidak mampu menghentikan wabah dalam skala cepat, sementara keadaan kesulitan ekonomi rakyat kecil semankin kritis. Mudah-mudahan keadaan buruk sebagai mana di Italia dan India tidak terjadi di Indonesia,” Fauzie melanjutkan.

 

Pendekatan Baru

“Memang kita sulit memungkiri, dalam suatu ekosistem pada suatu sistem lingkungan Allah SWT telah melimpahkan hidayah kepada mahluk yang dicipta pada manusia ‘Zoon Politicon’ akan terdapat banyak interaksi berupa hubungan timbal balik antar makhluk hidup ataupun makhluk hidup dengan lingkungannya. Pasti dengan berbagai masalah, hubungan, interaksi tersebut belakangan menjadi perhatian khusus terutama antarmakhluk hidup itu sendiri (manusia, hewan dan tumbuhan). Isu kesehatan ternyata dapat memicu penyakit zoonosis yang terangkat ke permukaan setelah adanya SARS, MERS, Ebola H5N1, H1N1, hingga NCov-2019/ SARS-Cov-2 menyerang masyarakat global. Sadarkah kita bahwa fakta medik menunjukkan kemunculan penyakit tersebut disebabkan oleh virus yang bermutasi ketika kita banyak melakukan kontak fisik dengan hewan?” –kutipan diambil dari tulisan Badai Corona dan Harapan Kehidupan.

 

Centers for Disease Control and Prevention mengakui bahwa kesehatan manusia berhubungan dengan kesehatan hewan dan lingkungan. Bahkan dunia mengalami peningkatan ancaman penyakit menular baru atau dikenal dengan emerging infectious diseases (EID) yang 70 % bersifat zoonosis atau menular dari hewan ke manusia. Tak dapat dibiarkan berlalu begitu saja tanpa ada penanganan, seharusnya pemerintah dibantu masyarakat harus mengambil sikap untuk mencegah semakin berkembangnya penyakit yang bersifat zoonosis tersebut.

 

Oleh karena itu, untuk menangani hal tersebut diperlukan suatu pendekatan dimana interaksi dalam lingkungan dapat terjaga walaupun manusia melakukan kontak dengan hewan. Pendekatan tersebut disebut dengan One Health. Pendekatan ini melibatkan pendekatan kolaboratif, multisektor, dan transdisipliner yang wilayah cakupannya dari tingkat lokal, regional, nasional hingga global bertujuan mencapai hasil kesehatan yang optimal mengenai hubungan antara manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan yang sama. Dapat disimpulkan bahwa konsep ini mengajarkan arti berbagi lingkungan dengan tidak merugikan satu sama lain. One health adalah suatu konsep yang mengakui bahwa kesehatan manusia dipengaruhi pula oleh kesehatan hewan dan lingkungan. Adapun One Health Approach bukanlah suatu hal yang baru, melainkan keberadaannya menjadi lebih penting beberapa tahun terakhir. Hal ini karena banyak faktor yang telah mengubah interaksi antara manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan.

Tags:

Berita Terkait