Hendra mengetahui jika salah satu CCTV menampilkan tayangan Brigadir J yang masih hidup setelah Ferdy Sambo tiba di rumah dinasnya. Tayangan CCTV itu berbeda dengan kronologi kejadian yang sudah diskenariokan Ferdy Sambo. Ketua Tim Penasihat Hukum Hendra Kurniawan, Henry Yosodiningrat menyatakan tidak mengajukan eksepsi atas surat dakwaan tersebut.
"Untuk menghormati asas peradilan cepat, murah dan sederhana, kami memandang tidak perlu kami menyampaikan eksepsi," kata Henry usai persidangan di PN Jaksel seperti dikutip Antara.
Ia beralasan tidak mengajukan eksepsi karena surat dakwaan JPU telah memenuhi syarat-syarat formil dan materiil surat dakwaan sebagaimana ditentukan Pasal 143 KUHAP.
Ia mengatakan Hendra Kurniawan tidak mengetahui fakta kebenaran dari peristiwa yang disampaikan Ferdy Sambo perihal peristiwa penembakan di Kompleks Polri Duren Tiga yang menyebabkan tewasnya Brigadir J dan kaitannya dengan dugaan kekerasan seksual terhadap Putri Candrawathi.
"Dia enggak tahu apakah peristiwa yang yang disampaikan Sambo ini fakta yang sebenarnya atau tidak? Dia nggak tahu itu skenario atau apa, dia enggak tahu?"
Dijelaskan Henry pula kronologi sebagaimana surat dakwaan yang dibacakan JPU dalam persidangan bahwa Hendra dan AKBP Arif Rachman Arifin sempat menghadap Sambo untuk menyampaikan isi rekaman CCTV yang dilihatnya berbeda dengan kronologi kematian Brigadir J yang diskenariokan Sambo.
Dimana salah satu CCTV menampilkan tayangan Brigadir J yang masih hidup setelah Ferdy Sambo tiba di rumah dinasnya. Padahal, Sambo menyebut bahwa Brigadir J sudah tewas akibat baku tembak dengan Bharada E sebelum Sambo tiba di rumah dinas Duren Tiga. "Waktu lapor ketemu Sambo, Sambo marah dan mengancam 'kalau sampai bocor, ini dari kalian!" kata Henry.