Beragam Kisah Inspiratif Sang Pengadil
Resensi

Beragam Kisah Inspiratif Sang Pengadil

Buku ini berisi gambaran kisah nyata yang dialami beberapa hakim, dikemas dalam bentuk cerita fiksi yang dipenuhi makna, nilai, dan pesan moral.

Aida Mardatillah
Bacaan 2 Menit
Foto: AID
Foto: AID

Diceritakan sosok seorang Hakim si Pembuat Susu, bernama Firza (bukan nama sebenarnya), hakim baru yang bertugas di salah satu pengadilan. Ia memiliki seorang anak perempuan berusia 2 tahun bernama Keisa. Kebiasaan firza menggendong anaknya itu sebelum berangkat ke kantor dan membuatkan susu untuknya. Namun, ada suatu kejadian hingga sang hakim terpikir tidak bisa membuat susu lagi untuk anaknya.      

Suatu ketika jadwal persidangan padat, Firza terlihat kelelahan. Tak lama kemudian datang seorang laki-laki separuh baya didampingi seorang Satpam kantor pengadilan masuk ke ruang Firza. Laki-laki tersebut sambil menjinjing tas berwarna hitam, masuk ruangan setelah Firza mempersilakan. Setelah duduk di depan mejanya, Firza langsung bertanya kepada laki-laki tersebut, “Mohon maaf Bapak ini siapa ya?”

“Saya orang tuanya Didin Pak, terdakwa kasus narkoba yang tadi Bapak sidangkan,” jawab laki-laki itu. Mendengar pengakuan orang itu wajah Firza terlihat berubah. “Oh begitu, ada perlu apa ya?” tanya Firza lagi.

“Begini Pak, saya mau minta tolong sama Bapak kiranya bisa meringankan hukuman bagi anak saya, ini sebagai ungkapan terima kasih, saya serahkan uang Rp50 juta untuk Bapak,” ujar orang tua sang terdakwa kasus narkoba tersebut.

Orang tua itu kemudian mengeluarkan sebuah bungkusan warna coklat dalam tasnya, lalu ia letakkan diatas meja. Melihat bungkusan itu Firza terdiam. Ia pandangi bungkusan di depan mejanya dengan perasaan campur aduk. Pandangannya kosong, menerawang seolah dalam kebimbangan.

Kemudian, Firza turun dari ruangannya membawa dua tas. Tas yang satu berisi laptop miliknya dan satu lagi tas berisi bungkusan berbalut kertas berwarna coklat. Firza pergi tergesa-gesa tanpa menyapa orang-orang yang sedang berkumpul di ruang lobi pengadilan. Ia langsung bergegas menuju tempat parkir dan pergi dengan sepeda motornya meninggalkan kantor pengadilan.  

Sesampainya di rumah, Firza sempat menghabiskan sebatang rokok dan secangkir kopi. Setelah masuk ke dalam kamarnya, ia mengambil bungkusan warna coklat dari dalam lemarinya. Setelah perlahan dibuka, bungkusan itu berisi uang pecahan seratur ribuan yang sangat banyak. Ketika dihitung satu per satu berjumlah Rp50 juta. Tak lama kemudian, terdengar suara rengekan Keisa di kamar yang meminta dibuatkan susu.

“Yah, buatkan Keica cucu, Keica udah ngantuk!” saut Keisa. Tidak lama Firza langsung bergegas mengambil sebuah dot susu di dapur. Baru saja menuangkan air susu ke dalam dot, tiba-tiba ada dua orang memakai rompi menggedor pintu rumahnya. “Buka pintunya, buka pintunya!” saut orang dari luar yang memakai rompi itu.

Firza kemudian membukakan pintu, tiba-tiba tangan Firza diborgol, yang ternyata kedua orang tersebut adalah petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). “Hei ada apa ini?” teriak Firza. Istri Firza mendengar kegaduhan dan menghampiri sambil menggendong Keisa yang sedang menangis meminta susu.

Terlihat sebuah pemandangan yang menegangkan di ruang tamu. Firza meronta-ronta sambil dipegangi kedua orang tersebut. “Maaf Bu, kami petugas KPK, suami Ibu terpaksa kami tangkap karena telah terlibat kasus penyuapan. Ini surat perintah penangkapannya,” tutur salah satu petugas KPK kepada istri Firza. Lalu, mereka menggeledah dan mengambil tumpukan uang diatas meja.

Keisa menangis dan menjerit minta pada ayahnya untuk dibuatkan susu. “Ayah, bikinin Keica susu.. Keica mau bobo.” Ungkapan tersebut terus diulang-ulang membuat suasana rumah semakin tegang. Lalu, Firza dibawa masuk ke dalam mobil Innova di pekarangan rumahnya sambil menatap Keisa yang masih merengek-rengek minta susu.  

Cerita diatas ternyata hanya imajinasi dari Firza saat pikirannya menerawang dalam kebimbangan menghadapi situasi tawaran hendak disuap. “Pak, Pak, jadinya bagaimana, apakah Bapak bisa membantu anak saya?” sergah orang tua terdakwa kasus narkoba menanyakan kejelasan tawaran dimaksud.   

Firza langsung terkejut dan tersadar dari lamunannya. Dengan spontan ia berkata, “Tidak! Aku ingin selalu membuatkan susu untuk anakku.” Suara itu cukup keras diucapkan Firza hingga orang di depannya jadi ketakutan. “Maksud Pak Hakim?” tanya orang tua itu lagi dengan rasa penasaran dan terlihat agak gemetar.  

“Uang itu akan membuat saya tidak bisa lagi membuatkan susu bagi anakku,” tegasnya sambil jarinya menunjuk sebuah bungkusan coklat diatas meja. “Keluar dari ruangan ini! Sebelum si pembuat susu akan semakin marah!” bentak Firza sambil menepuk-nepuk dadanya. “Pergi dan bawa uangmu itu!” pintanya.

Lalu, orang tua itu pun pergi sambil mengambil bungkusan coklat di depannya dan bergegas keluar ruangan Firza dengan setengah berlari. Firza mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil berujar “Astaghfirullah, hampir saja saya tergoda dengan uang itu.” Kemudian, ia pun bergegas meninggalkan ruang kerjanya dan kembali ke rumah melanjutkan kebiasaannya menggendong dan membuatkan susu untuk Keisa, sang anak tercinta.   

Cerita Hakim Si Pembuat Susu tersebut hanya salah satu kisah dari beberapa cerita lain seorang hakim. Ada cerita lain dengan judul beragam diantaranya “Misteri di Balik Kematian Sumarni; Fakta Yang Terabaikan; Alibi; Misteri Gantungan Kunci; Sepucuk Surat untuk Sang Atheis; dan judul lain yang tidak kalah seru, bernilai, dan menggugah hati siapa saja yang membacanya.  

Beragam cerita ini termuat dalam buku Catatan di Balik Toga Merah: Kumpulan Kisah Inspiratif yang ditulis oleh Hakim Yustisial Mahkamah Agung (MA) D.Y. Witanto. Bukan kali ini, ia menulis sebuah buku, tetapi baru kali ini dirinya menulis sebuah cerita fiksi. Sebab, biasanya ia menulis buku bacaan ilmiah hukum yang berat. (Baca Juga: Mengurai Kekeliruan Praktik Penanganan Praperadilan)

Hukumonline.com

Buku setebal 324 halaman ini berisi gambaran kisah nyata sisi kehidupan yang dialami beberapa hakim yang dikemas dalam bentuk cerita fiksi. Setiap penggalan cerita dipenuhi makna, nilai, dan pesan moral yang dapat memberi kesejukan jiwa-jiwa yang gersang dan mampu menggugah setiap kebekuan hati para pembacanya.

Dalam beberapa segmen cerita, penulis berupaya menggambarkan bagaimana lika-liku dan tantangan seorang hakim ketika sedang mengungkapkan misteri sebuah perkara dengan menyuguhkan alur cerita unik, inspiratif, dan kadang penuh intrik. Seringkali menimbulkan teka-teki dan penyelesaian akhir yang tak terduga. Buku ini juga konon katanya menceritakan seorang hakim yang merupakan sahabat sang penulis yang telah menjadi pimpinan pengadilan? Siapa dia? Tapi, masih menjadi rahasia sang penulis.

Buku ini dapat dibaca semua kalangan, masyarakat umum, mahasiswa, dosen, peneliti, aktivis, jaksa, polisi, pejabat pemerintahan. Siapapun yang membacanya akan melihat sisi lain profesi pengadil ini. Buku ini dapat diperoleh dengan memesan melalui Dwi Handoko di nomor WhatssApp 081297438409. Hasil penjualan buku ini disumbangkan untuk santunan pendidikan putra/putri hakim yang meninggal dalam tugas dan penanggulangan Covid-19.  

Selamat Membaca!

Tags:

Berita Terkait