Berharap Jurnalis Miliki Spesialisasi Bidang Energi
Terbaru

Berharap Jurnalis Miliki Spesialisasi Bidang Energi

Peran jurnalis penting bagi industri minyak dan gas karena dinilai sangat mempengaruhi banyak aspek, termasuk investasi. Oleh sebab itu dibutuhkan pemahaman dasar bagi jurnalis terkait pengolahan informasi migas agar informasi yang disampaikan akurat, kredibel, dan mudah dipahami pembaca yang beragam.

Willa Wahyuni
Bacaan 3 Menit
Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana. Foto: WIL
Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana. Foto: WIL

Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) menggelar pelatihan media dengan tema “Transisi Energi – Potensi, Bisnis Proses, dan Outlook pada 23-24 Juni 2022. Menghadirkan trainer-trainer yang berkompeten di bidang Migas, pelatihan yang diikuti oleh jurnalis dari berbagai media online di Tanah Air ini bertujuan untuk menghasilkan jurnalis yang ahli dalam bidang perkembangan energi.

Pasalnya, Migas selalu menjadi sorotan publik lantaran bidang ini dinilai sangat mempengaruhi berbagai aspek, termasuk gairah investasi. Untuk itu, Aspermigas menggelar pelatihan bagi media dengan menghadirkan pembicara-pembicara yang memiliki jam terbang yang telah lama berkecimpung di industri migas.

Ketua Dewan Pers, Azyumardi Azra mengatakan, penggunaan dan pemanfaatan energi di tengah-tengah masyarakat pada saat ini masih jauh dari harapan. Masih banyak masyarakat yang tidak memahami pentingnya melakukan penghematan energi yang disebabkan oleh ketidaktahuan.

“Tugas jurnalis sangat berat, menurut saya masyarakat kita dari hal-hal sesederhana pentingnya menghemat energi saja masih belum paham. Oleh karenanya, jurnalis disini berperan melalui hasil pekerjaannya dalam melakukan kampanye soal energi hingga informasinya disampaikan dengan baik ke masyarakat,” harapnya.

Baca Juga:

Ia melanjutkan pada saat ini banyak energi terbarukan yang sedang digalakkan oleh pemerintah. Energi terbarukan yang tentunya lebih bersih dan lebih aman, sehingga membutuhkan peran jurnalis untuk menyampaikan perkembangan informasinya dengan baik kepada publik.

Dia berharap para jurnalis dan operator media cetak/elektronik harus menjadi juru bicara bagi industri migas, dengan menyuarakan untuk mengaktifkan tenaga alamiah yang dimiliki negara yang selama ini tidak dimanfaatkan. “Peran jurnalis dalam memberikan informasi yang baik tentang energi terbarukan ini akhirnya memerlukan spesialisasi jurnalis yang bisa menulis dengan baik mengenai energi yang berkelanjutan.”

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Aspermigas, Mustiko Saleh mengungkapkan pelatihan media terkait bidang energi ini tidak hanya penting bagi jurnalis, namun juga proses dari transisi energi ke depannya. “Pelatihan hari ini sesuatu yang mempunyai nilai strategis, momentumnya tepat apalagi dengan masa transisi energi saat ini,” kata dia.

Transisi energi terus dibicarakan karena memiliki potensi dan sumber daya yang sangat besar. Terlebih, Indonesia adalah negara maritim yang memiliki banyak hutan, pulau, dan beragam budaya di dalamnya yang harus diatur dengan baik, sehingga dapat memiliki inovasi dalam membangun bisnis proses yang baik.

Transisi energi merupakan proses pengalihan sumber energi dari sumber berbasis bahan bakar fosil kepada sumber yang tidak menghasilkan emisi karbon. Pemerintah berupaya mendorong proses transisi energi ini melalui energi baru terbarukan serta efisiensi energi.

Mewakili Menteri Energi Sumber Daya Mineral, Dadan Kusdiana selaku Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM mengungkapkan, pemerintah tengah mempersiapkan Indonesia pada tahun 2060 masuk ke dalam salah satu negara yang net zero emisi.

“Kita tidak mengartikan pada tahun tersebut Indonesia akan net zero emisi, akan ada emisi yang dikeluarkan. Namun, ada energi yang menyerapnya, sehingga kita bisa menurunkan emisi rumah kaca yang sedikit demi sedikit dicapai dan dapat diwujudkan mulai pada tahun 2030 sesuai dengan komitmen Indonesia di Paris Agreement,” jelasnya.

Emisi energi fosil akan memberikan dampak negatif bagi atmosfer agar emisi ini dikurangi, maka pemerintah mendorong dengan adanya energi terbarukan dan memanfaatkan energi yang lebih bersih.

Pada hari pertama pelatihan media ini, pembahasan berfokus pada tema transisi energy, environmental, social and governance (ESG), serta gas alam dan nuklir. Pelatihan media ini semata-mata diberikan untuk awak media untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang migas, sehingga bisa mewujudkan jurnalis yang memiliki spesialisasi di bidang migas.

Pelatihan media di hari pertama menghadirkan lima pembicara utama yaitu Dirjen EBTKE Kementerian ESDM yaitu Dadan Kusdiana; Sekjen Aspermigas yaitu Moshe Rizal; Ketua Umum NCSR Divisi Energi yaitu Sugeng Riyono; Dirut PT Radian Teknologi Global yaitu Moch. Abadi; dan Kepala Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir yaitu Suparman.

Tags:

Berita Terkait