Jusuf Kalla: Konstitusi Harus Menyesuaikan Dinamika Masyarakat
Pojok MPR-RI

Jusuf Kalla: Konstitusi Harus Menyesuaikan Dinamika Masyarakat

Perubahan sebanyak empat kali, menunjukan konstitusi terbuka dan membuka diri terhadap perubahan positif bangsa.

RED
Bacaan 2 Menit
Wakil Presiden Jusuf Kalla. Foto: Humas MPR
Wakil Presiden Jusuf Kalla. Foto: Humas MPR

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengajak bangsa ini menghormati para pendiri bangsa. Selain mereka berani menyatakan kemerdekaan Indonesia, sehari kemudian mereka menetapkan UUD Tahun 1945 sebagai kerangka dasar berbangsa dan bernegara. Hal demikian dikatakan Jusuf Kalla saat memberi sambutan Hari Konstitusi yang digelar di Gedung Nusantara IV, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, Sabtu (18/8).

 

Menurut Jusuf Kalla, dengan memperingati Hari Konstitusi membuat kita mengerti bagaimana bangsa ini mempunyai tujuan. “Tujuan bangsa ini seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD”, ujarnya. Diakuinya, dalam sejarah perjalanan bangsa, konstitusi yang ada diakui sangat dinamis.

 

Bangsa ini pernah memiliki UUD Tahun 1945, UUD RIS, UUD Tahun 1950, kembali ke UUD Tahun 1945, dan sekarang UUD NRI Tahun 1945. Perubahan yang terjadi menurut Jusuf Kalla disebut sebagai bukti bahwa konstitusi bangsa ini dinamis dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman. “UUD Tahun 1945 mengalami empat kali perubahan”, ujarnya.

 

Perubahan yang terjadi menunjukan bahwa konstitusi terbuka dan membuka diri kepada dinamika yang ada bila memang perubahan itu baik untuk bangsa. Dirinya menyebut bangsa-bangsa yang lain, seperti Amerika Serikat dan India sudah berkali-kali mengalami perubahan. “Kita harus menyesuaikan dengan jaman, tentu yang paling penting adalah sesuai dengan kepentingan bangsa Indonesia,” paparnya.

 

Ia menilai, banyak bangsa di dunia mengalami perpecahan namun Indonesia tidak mengalami hal yang demikian. Menurut Jusuf Kalla hal demikian menjunjukan konstitusi kita bisa mempersatukan seluruh komponen bangsa. Dirinya berharap peringatan Hari Konstitusi bukan hanya sekadar seremonial belaka namun sebagai cara untuk mengevaluasi atas apa yang terjadi di tengah masyarakat dan dunia.

 

Menurutnya, di belahan dunia ini banyak terjadi perubahan, seperti China yang dari sosialis berubah menjadi liberal, dan sebaliknya di negara yang lain. Hal demikian disebut dinamika terjadi di dunia. “Dan bangsa Indonesia tidak berdiri sendiri. Untuk itu semua perlu memberi evaluasi bagaimana konstitusi kita ke depan,” pungkasnya.

Tags:

Berita Terkait