Ketua MPR: Mahasiswa Transfer Pendidikan ke Masyarakat
Pojok MPR-RI

Ketua MPR: Mahasiswa Transfer Pendidikan ke Masyarakat

Sebagai kaum intelektual, para founding father benar-benar memikirkan bangsa, negara, dan rakyat.

Oleh:
RED
Bacaan 2 Menit
Ketua MPR Zulkifli Hasan. Foto: Humas MPR
Ketua MPR Zulkifli Hasan. Foto: Humas MPR

Ratusan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) berkumpul dalam rangka mengikuti Sosialisasi Empat Pilar MPR. Dalam agenda kegiatan tersebut, Ketua MPR Zulkifli Hasan turun langsung memberikan semangat dan wawasan seputar empat pilar.

 

Menurut Zulkifli, warga Muhamadiyah dalam melakukan pengamalan nilai-nilai empat pilar sudahlah khatam. Dia menyebut sekolah dan perguruan tinggi yang dikelola Muhammadiyah, terutama yang berada di Indonesia bagian timur, peserta didiknya tak hanya umat Muslim. Sebab non muslim pun mengenyam pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi Muhamadiyah.

 

"Jadi dari sini Muhammadiyah hadir untuk bangsa dan negara," ujarnya.

 

Lebih lanjut, Zul berpandangan dalam memilih pimpinan organisasi, Muhammadiyah menggunakan jalan musyawarah untuk mufakat. Sehingga tak ada unsur intimidasi atau iming-iming. Dari semua yang sudah dilakukan oleh organisasi yang didirikan oleh Ahmad Dahlan itu maka dirinya menyebut, "kalau Indonesia mau maju, belajarlah pada Muhammadiyah".

 

Sebagai kaum intelektual, para pendiri bangsa benar-benar memikirkan bangsa, negara, dan rakyat. Agus Salim, salah satu pendiri bangsa bahkan menyebut, menjadi pemimpin adalah jalan menderita. Keteladanan dari para pendiri bangsa dikatakan Zulkifli Hasan tak hanya dalam kepemimpinan. Dalam pergaulan, sikap para intelektual itu dikatakan perlu ditiru. "Meski IJ Kasimo dari Partai Katolik dan Natsir dari Masyumi namun mereka bersahabat," ujarnya.

 

Kendati Buya Hamka dan Soekarno pernah berseteru, namun ketika Soekarno wafat, Hamka yang menyolatkan. Sikap para pendiri bangsa itu menurut Zul sesuai dengan cita-cita Indonesia merdeka. Yakni bersatu, berdaulat, adil, dan setara.

 

Menurutnya, setelah Indonesia merdeka 73 tahun, dirinya merasakan apa yang diteladankan para pendiri bangsa itu mulai pudar. "Kepemimpinan kita sekarang berbeda dengan masa lalu," paparnya.

 

Ketua Umum Partai Amanat Nasional itu  berharap,  para pemimpin atau pejabat melayani rakyat. Pasalnya  pejabat negara  disumpah untuk taat pada konstitusi.  Nah  taat pada konstitusi  sebagai upaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dan ikut menciptakan perdamaian dunia.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait