Legal Tech, Alternatif Profesi bagi Lulusan Fakultas Hukum
Terbaru

Legal Tech, Alternatif Profesi bagi Lulusan Fakultas Hukum

Memiliki potensi besar dengan investasi hampir hampir AS$1 miliar.

Oleh:
Aji Prasetyo
Bacaan 4 Menit

Nilai investasi untuk legal tech menurut data pada 2018 juga cukup besar. “Data di 2018 AS$897 juta investasi yang tertinggi di legal tech. Investor di luar sudah melihat ada potensi market di legal techfirm. Ini selalu meningkat trennya,” terang Robert.

Transformasi

Robert melanjutkan, tanpa disadari banyak hal yang berubah semenjak masuknya teknologi. Contohnya saja 10 tahun lalu, jika mau menggunakan jasa ojek harus ke pangkalan atau pertigaan jalan, namun kini jika hal itu masih dilakukan tentu merasa asing karena sudah ada provider ojek online yang tidak hanya mengantarkan penumpang saja, tetapi juga untuk memesan makanan, membawa paket hingga jasa-jasa lainnya.

Begitu pula pada industri keuangan yang sebelumnya di monopoli oleh perbankan. Saat ini hampir setiap transaksi pembayaran, khususnya di kota-kota besar sudah bisa menggunakan uang elektronik, selain itu jasa pinjam-meminjam uang (kredit) juga sudah punya alternatif lain tanpa harus pergi ke bank, tetapi cukup dengan aplikasi financial technologi (fintech).

“Ini ada tulisan CEO Times, dia bilang setiap perusahaan itu perusahaan teknologi. Akselerasi digital 5 tahun ke depan karena ada pandemi Covid dan PSBB kita jadi speed up, semua shifting, ini yang terjadi saat ini,” tuturnya.

Transformasi seperti ini, menurut Robert, juga harus diantisipasi oleh para law firm ataupun mereka yang bergerak di bidang jasa hukum. Ia mencontohkan, kantor hukum multinasional sekelas Baker McKenzy saja sudah menggunakan jasa analytic untuk melihat data dan mengetahui apa dampak yang akan ditimbulkan dari suatu perkara.

“JP Morgan di 2017 punya mesin yang bisa handle kerjaan lawyer beberapa detik yang sebenarnya membutuhkan ribuan jam untuk mengerjakannya. Waktu sayaada seminar ke Singapura, lalu lawfirm disana bilang senior lawyer mending ajari mesin, daripada ajari junior lawyer,” pungkasnya.

Dalam kesempatan ini Robert juga mengapresiasi apa yang dilakukan Universitas Jember yang sudah mempunyai sistem terintegrasi yaitu Sistem Layanan Terpadu (Silat) FH Unej yang terintegrasi dengan Sistem Informasi Terpadu (Sister). Menurut Robert hal ini merupakan bukti jika FH Unej pada khususnya dan Unej sendiri pada umumnya telah menyadari tantangan teknologi yang terus berkembang pesat saat ini.

Dalam sambutannya, Dekan FH Unej Bayu Dwi Anggono memang sempat mengutarakan jika kampus tempatnya mengabdi itu sudah mempunyai sistem yang terintegrasi. Hal ini untuk memudahkan mahasiswa untuk menyelesaikan berbagai keperluannya di kampus tanpa perlu hadir secara fisik, apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini.

Bayu pun menyadari tantangan mahasiswa hukum maupun lulusan hukum saat ini sudah jauh berbeda dengan sebelumnya. Jika sebelumnya hanya berkutat dengan prestasi ataupun keahlian secara hukum, saat ini mahasiswa hukum juga harus bersaing dengan robot atau artificial intelligent yang telah digunakan sejumlah pihak untuk menyelesaikan perkara.

“Ada banyak karir di bidang hukum teknologi, peluang di apa saja, jangan sampai kita kalah dengan artificial intelligent. Misal di AS Mei 2016 lalu law firm di AS sudah gunakan keterampilan robot untuk menyelesaikan perkara kepailitan. Kalau kita tidak mengembangkan diri maka karir itu akan diambil artificial intelligent,” pungkasnya.

Tags:

Berita Terkait