Mamprediksi Keefektifan Relaksasi Harga Mobil dan Properti Pulihkan Ekonomi
Berita

Mamprediksi Keefektifan Relaksasi Harga Mobil dan Properti Pulihkan Ekonomi

Masyarakat diperkirakan cenderung menahan konsumsi saat pandemi seperti saat ini.

Mochammad Januar Rizki
Bacaan 3 Menit
Ilustrasi foto: RES
Ilustrasi foto: RES

Berbagai relaksasi harga mobil dan properti akan berlaku pada 1 Maret 2021. Insentif yang disiapkan tersebut antara lain diskon Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) kendaraan bermotor hingga penurunan uang muka (down payment) sampai 0 persen untuk penjualan mobil dan rumah. Rangkaian kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kredit perbankan dan perekonomian.

Direktur Program Institute for Development Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti, mengatakan masyarakat akan cenderung menahan konsumsi saat pandemi seperti saat ini. Penghilangan DP sampai 0 persen menyebabkan harga cicilan tinggi. Selain itu, dia juga mempertanyakan tujuan kebijakan PPnBM karena penjualan kendaraan bermotor saat ini masih positif.

“Peningkatan penjualan tidak siginifikan. Pertama uang lagi susah. Kedua, penjualan kendaraan bermotor sudah tumbuh lima persen. Tanpa ada tax insentif pun sudah tinggi, kalau beri tax insentif ini sia-sia,” jelas Esther, Selasa (23/2).

Selain itu, Eshter juga menilai tujuan pemerintah meningkatkan penjualan mobil energi fosil juga berdampak negatif terhadap lingkungan. Dia mengkhawatirkan peningkatan penjualan mobil tersebut akan menambah kemacetan dan polusi udara. “Kemacetan dan polusi karena peningkatan jumlah kendaraan fosil,” jelas Eshter. (Baca: Heboh PPnBM Mobil 0 Persen, Ini Sejumlah Pajak dan Biaya Kendaraan Bermotor)

Dampak lain dari relaksasi PPnBM yaitu turunnya penerimaan negara sekitar Rp 2,8 triliun. Esther juga menilai relaksasi perpajakan tersebut juga akan mengurangi pendapatan daerah. Meski demikian, penerimaan negara dari Pajak Penghasilan (PPh) akan meningkat mengikuti pertambahan penjualan mobil.

Pengamat ekonomi senior, Aviliani juga menilai kebijakan relaksasi harga mobil dan properti tidak berdampak signifikan terhadap penjualan dan konsumsi masyarakat. Selain itu, dia juga menilai meski perbankan berkinerja baik namun masih khawatir ada peningkatan kredit macet atau non-performing loan. Aviliani mengatakan kinerja baik perbankan saat ini dipengaruhi relaksasi atau restrukturisasi kredit pada nasabah terdampak Covid-19.

“Dampaknya enggak berpengaruh karena masih berjaga-jaga. Dari sisi bank, dilihat secara jujur kinerja baik dan NPL masih sekitar 3 persen itu karena relaksasi Covid sehingga masih dianggap lancar. Akan ada nasabah tidak tertagih sehingga NPL naik double digit. Bank sebagian besar sedang melakukan pencadagangan karena ada risiko yang enggak bisa bayar kalau sudah selesai relaksasinyanya,” jelas Aviliani.

Tags:

Berita Terkait