Menyelami Pemikiran ‘Bapak’ Ilmu Perundang-undangan Indonesia
Utama

Menyelami Pemikiran ‘Bapak’ Ilmu Perundang-undangan Indonesia

Salah satunya, Prof Hamid bukan hanya sekedar guru besar pertama dalam ilmu perundang-undangan, tetap perintis yang mengantarkan ilmu perundang-undangan menjadi salah satu cabang dan bidang studi ilmu hukum yang terintegrasi dalam sistem kurikulum di fakultas hukum.

Oleh:
Aida Mardatillah
Bacaan 4 Menit

“Beliau pelukis reklame, senang lagu-lagu klasik dan melayu. Beliau sangat taat sholat 5 waktu, dan selalu berpesan kepada saya dan Prof Maria agar jangan lupa ke gereja. Bagi saya, beliau guru, teladan saya meniti karir dan bermasyarakat. Banyak ajaran beliau yang saya terapkan. Seperti yang dikatakan Prof Bagir, tidak salah kalau Prof Hamid menjadi ‘Bapak Ilmu Perundang-undangan Indonesia’.”

Senada, Guru Besar Perundang-undangan FH UI, Prof Maria Farida menilai Prof Hamid dapat dikatakan sebagai “Bapak Perundang-undangan Indonesia”. “Ketika beliau punya buku baru, beliau selalu belikan untuk saya, sehingga saya merasa harus baca buku yang diberikan beliau dan saya akan bertanya apa yang tidak saya mengerti dalam buku tersebut kepada beliau,” kata Prof Maria.  

“Dalam buku, Prof Hamid juga menguraikan apa itu Pancasila. Dan, saya memberi judul salah satunya untuk menangani hutan belantara perundang-undangan dengan melihat adanya aturan yang dibuat saat ini seperti UU Cipta Kerja. Prof. Hamid selalu bicara kesejateraan sosial yang tercantum dalam Pasal 33 UUD 1945 sebelum perubahan.”

Maria menceritakan Prof Hamid sangat kecewa ketika terbit PP No. 20 Tahun 1994 tentang Kepemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing. Sebab, aturan tersebut mengatur kepemilikan modal asing hingga 90-an persen. Menurut Prof Hamid, aturan itu bertentangan dengan Pasal 33 UUD 1945. Pada akhirnya Prof Hamid mengirimkan surat kepada Presiden hingga tiga kali dengan bahasa yang halus atas keberatannya atas aturan tersebut. Hal inilah yang membuatnya mundur dari Setneg.

“Beliau selalu berpesan, jika kita ada di kedudukan yang tinggi, kita tidak boleh lupa kepada orang yang berada di bawah. Beliau berpesan kita tidak perlu takut dengan kebenaran yang sebenarnya, harus disampaikan walau dicaci maki,” tutur mantan Hakim MK ini.

Maria menambahkan dalam buku ini, semua pemikiran Prof Hamid tidak ada yang berubah dengan tulisan aslinya yang sebelumnya dengan mesin ketik. Dalam buku kumpulan tulisan Prof Hamid, banyak terdapat judul menarik yang masih relevan dipelajari dan diterapkan di Indonesia.

Diantaranya berjudul Masa Depan Politik legislatif Indonesia; Visi Hukum dan Visi Politik; Proses Pembuatan Peraturan Perundang-undangan Indonesia Dilihat dari Aspek Filsafat Bangsa; Der Rechstaat Republik Indonesia dan Perspektifnya Menurut Pancasila dan UUD 1945; Kedudukan dan Peran Presiden dalam Fungsi Legislatif Menurut Sistem Politik Demokrasi Pancasila dan lain-lain.

Tags:

Berita Terkait